jpnn.com - TURKI - Operasi udara pasukan Turki ke sarang militan Negara Islam atau ISIS di Syria dan markas Partai Pekerja Kurdi (PKK) terus berlanjut. Pemerintah Turki melanjutkan misi antiteror itu sebelum aksi para militan ini semakin meluas.
Bahkan Presiden Turki, Recep Tayip Erdogan, mengatakan negaranya tidak bisa melanjutkan proses perdamaian dengan kelompok pemberontak Kurdi sementara terjadi serangan milisi Kurdi menyasar Turki.
BACA JUGA: Oh Kasihan..., Dua Bocah Kakak dan Adik Ini Tinggal di Kandang Anjing
Pernyataan ini disampaikan saat NATO membicarakan aksi Turki terhadap kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS dan milisi Kurdi.
Turki menjadi sasaran sejumlah serangan, termasuk aksi milisi terkait ISIS yang menewaskan 32 orang di kota Suruc, yang mayoritas penduduknya adalah warga Kurdi pada tanggal 20 Juli.
BACA JUGA: Tanpa Hadir Dipersidangan, Anak Muammar Khadafi Divonis Hukuman Mati
Turki mendukung rencana diciptakannya daerah penyangga pada perbatasan dengan Suriah. Selain menjadikan milisi ISIS sebagai sasaran, pembentukan daerah penyangga ini juga akan memungkinkan Turki menyerang posisi yang dikuasai kelompok Kurdi yang dilarang, PKK.
Turki menyatakan pihaknya tidak membedakan PKK dengan ISIS karena keduanya adalah organisasi teroris. Dalam seminggu ini, para pengamat mengatakan Turki telah mengubah pandangannya terkait aksi koalisi pimpinan Amerika Serikat terhadap ISIS.
BACA JUGA: Mantan Presiden India Abdul Kalam Meninggal Dunia Akibat Serangan Jantung
Sebelumnya Turki enggan bertindak, tetapi sekarang negara itu melancarkan serangan udara dan mengizinkan pangkalan udaranya digunakan pesawat tempur Amerika Serikat.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan wilayah Turki selatan yang berbatasan dengan Suriah dan Irak. Di wilayah selatan itu konflik PKK dengan pasukan pemerintah Turki telah menewaskan 40.000 orang sejak tahun 1984. (BBC/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, Escalator Bisa Membunuhmu! Ini Buktinya
Redaktur : Tim Redaksi