jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah memanfaatkan momentaum Presidensi G20 Indonesia untuk menggenjot ekonomi digital.
Menkominfo Johnny G. Plate menyatakan sektor ekonomi digital memiliki potensi besar. Pada 2021, valuasi transaksi ekonomi digital Indonesia berdasarkan gross merchandise value (GMV) sebesar USD 70 miliar atau setara dengan kenaikan 49 persen dibandingkan 2020.
BACA JUGA: Ini 14 Poin Komunike Hasil Pertemuan Menkeu-Gubernur Bank Sentral G20
Menurutnya, pada 2025, prognosis ukuran dari ekonomi digital indonesia diperkirakan sebesar USD 146 miliar atau tingkat compound annual growth rate sebesar 20 persen dibanding 2021.
"Pada 2030, diperkirakan prognosis digital economy Indonesia mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan perkiraan 2025 sebesar sekitar USD 316 miliar ,” tuturnya.
BACA JUGA: BRI Dukung Agenda Prioritas G20 lewat Holding Ultra Mikro
Oleh karena itu, selama pandemi fokus pemerintah diarahkan untuk sektor ekonomi dan kesehatan. Pemerintah serius dalam menjaga konsistensi reformasi struktural. Bahkan, guna menjaga pertumbuhan Indonesia tidak bergantung hanya pada stimulus fiskal saja.
Pemerintah terus mendorong pertumbuhan sektor lain, seperti konsumsi rumah tangga, investasi ekspor dan impor, industri pengolahan dan perdagangan.
BACA JUGA: Bertemu di Jakarta, Menteri Keuangan Negara G20 Cari Solusi Pemulihan Ekonomi
“Agar kita mampu meningkatkan investasi sektor produktif dan mengembangkan ekonomi digital. Untuk itu kami menyiapkan prioritas Digital Economy Working Group ini dalam tiga sektor yaitu konektivitas dan postcovid-19 recovery, literasi dan keterampilan digital, serta cross-border data flow dan data free-flow with trust,” jelas Johnny.
Namun, dia menyebut selama dua tahun terakhir, pemerintah juga mengalami tantangan besar selain pandemi, yaitu disrupsi teknologi digital.
“Bapak Presiden Joko Widodo menekankan untuk menangani kedua-duanya dalam tarikan dan hembusan nafas yang sama yaitu penanganan masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.
Johnny pun menyebutkan presidensi G20 Indonesia akan dimanfaatkan untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam memandu pemulihan dampak pandemi dengan memanfaatkan teknologi digital.
“Untuk Presidensi G20 Indonesia, pemerintah telah menetapkan tiga prioritas nasional yakni berkaitan dengan arsitektur kesehatan global yang lebih inklusif, transformasi digital khususnya digital economy, dan yang ketiga terkait dengan transisi energi,” tegas Johnnya.
Menkominfo menjelaskan saat ini kondisi perekonomian global pun sangat terdampak pandemi. Menurutnya, Amerika Serikat juga mengalami tekanan inflasi, pengetatan kebijakan moneter, dan stagflasi, selain dampak di sektor kesehatan.
“Kondisi itu berdampak pada tapering off dan kenaikan suku bunga flat, potensi stagflasi Amerika Serikat, lonjakan inflasi yang tinggi, pelambatan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Di sisi lain Indonesia tetap optimistis pada kondisi ekonomi saat ini. Meski adanya dinamika global seperti keterbatasan ruang fiskal dunia, climate change, dan geopolitik, optimistis kondisi di Indonesia akan relatif berbeda.
Di Indonesia, kebijakan yang dilakukan untuk melakukan countercyclical melalui stimulus fiskal untuk mendukung transformasi pada tahap awal pandemi Covid-19, berbuah dengan baik dan hal itu menjadi bahasan dalam Forum G20 2022.
Johnny membeberkan di Amerika Serikat inflasi tinggi tujuh persen, di Argentina hiperinflasi 50,9 persen, di Turki 45 persen 2021, Indonesia justru mengalami inflasi yang rendah 2,18 atau hampir 2,2 persen.
"Hal ini karena ketepatan akurasi dan kemampuan adaptasi nasional, kemampuan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah untuk menjaga perekonomian Indonesia dengan baik,” ungkap Johnny. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia