Pria Asal Jember Ini Berani Sebut Warga NU Bodoh di Medsos, Begini Jadinya

Rabu, 02 Oktober 2024 – 04:00 WIB
Seorang tersangka HS yang diduga melakukan ujaran kebencian melalui media sosialnya akhirnya ditangkap Polres Jember yang disampaikan pada konferensi pers di Mapolres Jember, Selasa (1/10/2024). ANTARA/Zumrotun Solichah.

jpnn.com, JEMBER - Aparat kepolisian menangkap pelaku ujaran kebencian terkait isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) berinisial HS (55) yang disebarkan melalui media sosial.

"Tersangka HS warga Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates itu diduga kuat telah menyebarkan postingan yang menyangkut isu SARA melalui beberapa akun media sosial miliknya," kata Kapolres Jember AKBP Bayu Pratama Gubunagi, Selasa.

BACA JUGA: 7.777 Kader GP Ansor Banten Bakal Gelar Apel Kesaktian Pancasila

Menurutnya, penyidik juga telah mengidentifikasi sekitar 17 akun media sosial yang dikelola tersangka dan banyak postingan di akun-akun tersebut mengandung ujaran kebencian, fitnah, pencemaran nama baik, serta konten-konten lain yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

"Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa mayoritas konten yang diunggah melalui akun-akun tersebut menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, salah satunya akun dengan nama Melly Itoe Angie," beber dia.

BACA JUGA: 3 Berita Artis Terheboh: Hotman Beri Saran soal Kasus Aborsi, Sarwendah Merespons

Modus pelaku dalam menjalankan aksinya yaitu memanfaatkan akun Facebook "Melly Itoe Angie" dan membuat dua postingan yang menyebut orang NU bodoh dan anggota GP Ansor yang korupsi, sehingga hal tersebut dapat memicu konflik.

"Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus adalah konten yang menyerang organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia. Jika tidak segera ditangani, maka konten itu dapat memicu konflik dan perpecahan di masyarakat.

BACA JUGA: Soal Kasus Dugaan Aborsi, Begini Saran Hotman untuk Nikita Mirzani

Bayu mengatakan Polres Jember telah melakukan uji laboratorium forensik untuk memastikan bahwa alat bukti yang disita memang terkait dengan kejahatan yang dilakukan oleh tersangka, serta keterangan saksi ahli yang telah diperoleh untuk memastikan apakah postingan-postingan tersebut memenuhi unsur tindak pidana sesuai dengan Undang-Undang ITE.

Meskipun baru satu akun yang diproses hukum yakni akun "Melly Itoe Angie", namun pihak kepolisian terus mendalami 17 akun fiktif yang dikelola tersangka.

"Dari akun-akun tersebut, tersangka secara aktif memposting berbagai konten provokatif, termasuk ujaran kebencian, yang jika tidak segera ditindak, dikhawatirkan dapat memicu kegaduhan di masyarakat," ujarnya.

Dia menjelaskan motif dari tindakan tersangka HS diduga berkaitan dengan ekonomi, di mana tersangka mendapatkan keuntungan dari penyebaran konten-konten tersebut.

"Kami masih mendalami apakah tersangka bekerja sendiri atau ada keterlibatan kelompok lain serta kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan tertentu di balik tindakannya itu," imbuhnya.

HS sudah ditahan dan dijerat dengan Pasal 45A Ayat (2) junto Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2024 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun. (antara/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawaslu: Isu SARA Masih Rawan Terjadi di Pilkada 2024


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler