Sebuah laporan baru soal bagaimana warga Australia mengakses berita online menemukan pria lebih menggunakan ponsel saat berada di toilet dibandingkan perempuan. Hasil Survei Soal Kebiasaan Digital:Pria Australia lebih menggunakan telepon di toilet dibandingkan perempuan menggunakannya di tempat kerja56 persen warga Australia mencoba untuk menghindari berita'Fake News' belum mempengaruhi kepercayaan warga pada berita, tetapi tingkat kepercayaan masih rendah
Laporan berjudul 'The Digital News Report: Australia 2017' dilakukan oleh University of Canberra di Australia dan University of Oxford di Inggris, dengan melakukan survei kepada lebih dari 2.000 warga Australia soal bagaimana kebiasaan mereka mendapatkan informasi dan berita.
BACA JUGA: Papua Nugini Siapkan Pengemudi Bus Perempuan Pertama
Laporan tersebut menemukan pria secara signifikan lebih mungkin untuk menggunakan tablet, bahkan laptop, untuk mengakses situs saat mereka sedang duduk di toilet dibandingkan perempuan.
Yang lebih luar biasa lagi, survei tersebut menemukan jumlah pria yang menggunakan telepon saat berada di toilet lebih besar dari jumlah perempuan yang menggunakan ponsel di tempat kerja.
BACA JUGA: Partikel Kecil Polusi Terkait Dengan Peningkatan Kelahiran Prematur
Secara keseluruhan, pria 30 persen lebih mungkin untuk mengakses informasi secara online di tempat kerja daripada perempuan.
Laporan tersebut berspekulasi jumlah tersebut mungkin menggambarkan perbedaan pekerjaan antara pria dan perempuan
BACA JUGA: Ancam Bunuh Polisi, Pria di Sydney Dikenai Tuduhan Terorisme
Tidak membaca berita Pria lebih sering menggunakan telepon di toilet untuk mengakses situsABC News: Elise Pianegonda
Selain membahas perangkat apa yang digunakan dan dimana mengaksesnya, laporan tersebut juga mencatat ketidaksukaan warga Australia terhadap berita. 56 persen responden mengatakan mereka secara aktif berusaha menghindari pemberitaan.
Perempuan lebih mungkin menghindari mendapatkan berita dibandingkan pria, dengan alasan faktor emosional seperti konten yang dapat mengganggu atau mempengaruhi suasana hati mereka.
Sementara itu, responden pria yang menghindari pemberitaan mengatakan pemberitaan bisa mengganggu, memicu perdebatan, serta tidak banyak memiliki waktu.
Tapi, meski warga Australia banyak yang menghindari berita di televisi, radio, atau cetak, mereka masih mendapatkannya di media sosial.
Menurut survei tersebut, hampir 40 persen anak muda Australia berusia antara 18 dan 24 menyebutkan jejaring sosial sebagai sumber berita utama mereka, dibandingkan dengan 15 persen warga berusia antara 45 dan 54 tahun.
Namun, laporan tersebut menemukan sebagian besar pengguna Facebook, yakni 58 persen, menemukan berita saat sedang menjelajahi situs-situs karena alasan lain, artinya upaya untuk menghindari berita menjadi sia-sia.
Bagaimana 'fake news' mempengaruhi kepercayaan pada media Warga Australia masih percaya dengan media-media yang menyampaikan berita
ABC News: Giulio Saggin
Terlepas dari 'fake news' atau berita palsu dan para pemimpin politik yang secara terbuka mengkritik wartawan, kepercayaan banyak warga terhadap media tidak berubah dalam 12 bulan terakhir.
Lebih dari 40 persen warga Australia mengatakan mereka seringkali masih dapat mempercayai berita-berita.
Sementara warga Kanada dan Inggris memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi pada pemberitaan daripada orang Australia, warga Amerika Serikat memberikan kepercayaan yang lebih sedikit pada media mereka.
Pria berusia antara 18 dan 24 tahun cenderung tidak mempercayai pemberitaan, sementara warga yang lebih mendapatkan berita lewat Facebook dan Twitter juga kurang percaya pada berita dibandingkan mereka yang mengandalkan media tradisional.
Meski 20 persen warga Australia lebih memilih secara langsung mengikuti politisi di jejaring sosial, beberapa media besar masih menyampaikan berita kepada kebanyakan warga Australia.
Anda bisa simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengamat: Migran Afrika di Melbourne Alami Stigma Tak Adil