Menurut berbagai sumber, dua warga Australia yang terlibat dalam ledakan mematikan di areal latihan tembak di Kamboja adalah wisatawan dan bukan bagian dari operasi pelatihan militer resmi Australia seperti yang diklaim oleh Pemerintah Kamboja. Poin utama:Pria Australia berusia 40-an tahun terbunuh dalam ledakan di areal latihan tembak, satu lagi terlukaOtoritas Kamboja mengklaim bahwa dua orang itu "pelatih militer", bukan turisDepartemen Pertahanan Australia mengonfirmasi tidak ada personil mereka yang terlibat
BACA JUGA: Mengimplan Kartu Transportasi di Tangannya, Peretas Sydney Didenda
Ledakan itu terjadi pada hari Kamis (15/3/2018) sekitar pukul 13.30 waktu setempat, menewaskan seorang pria Australia berusia 40-an tahun dan warga Kamboja berusia 50-an tahun.
Seorang warga Australia lainnya terluka, bersama dua warga Kamboja.
BACA JUGA: Pemohon Izin Tinggal Permanen di Australia Harap Intervensi Mendagri
Polisi Kamboja, gubernur provinsi dan juru bicara pemerintah menggambarkan dua warga Australia yang terlibat itu sebagai pelatih militer.
Namun, menurut keterangan yang dihimpun ABC, tidak ada pelatihan militer resmi yang dijadwalkan untuk wilayah tersebut dan orang-orang tersebut kemungkinan adalah turis yang mengunjungi areal latihan tembak yang dijalankan oleh militer Kamboja untuk mendapat keuntungan.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Hanya Dianggap Sopan Soal Australia Gabung ASEAN
"Ini adalah upaya menutup-nutupi yang dilakukan oleh RCAFF (Angkatan Bersenjata Kamboja)," kata seorang sumber yang mengetahui kejadian tersebut.
Departemen Pertahanan Australia (ADF) mengonfirmasi bahwa kecelakaan itu tidak terjadi sebagai bagian dari latihan militer dan tidak ada personil ADF yang terlibat.
Prajurit di Markas Kampong Speu Armoured mengatakan kepada ABC bahwa mereka diperintahkan untuk tidak berbicara kepada media karena membiarkan orang asing ke areal itu untuk menembakkan senjata adalah "ilegal".
Areal latihan ini terkenal di kalangan wisatawan yang membayar tunai untuk menembakkan senapan serbu AK-47 dan granat berpeluncur roket (RPG) dan untuk melemparkan granat tangan.
Areal latihan tembak serupa ada di dekat bandara Phnom Penh dan di Siem Reap.
Areal latihan luar ruang di Kampong Speu digunakan untuk senjata yang lebih berat, dengan video promosi menunjukkan wisatawan melempar RPG ke tank propana untuk menciptakan ledakan yang berapi-api. Video: A man, not a victim in the explosion, fires a weapon at the shooting range in Cambodia. (ABC News)
Laporan awal ledakan tersebut menggambarkan kedua warga Australia sebagai pelatih militer.
Namun, sebuah laporan tertulis satu halaman dalam bahasa Khmer dari kepala unit tank di mana areal latihan tembak berada menunjukkan para pria tersebut tidak memiliki jabatan formal.
"Warga Australia itu mengatakan kepada mereka [dua orang Kamboja] bahwa mereka ahli dalam pembersihan ranjau," tulis Letnan Jenderal Lanh Kao, komandan di pangkalan tank.
"Mereka pergi bersama untuk mengunjungi areal latihan tembak yang sebenarnya [dan] ketika mereka tiba di sana, warga Australia itu melihat banyak jenis persenjataan yang tidak meledak (UXO)," kata Letnan Jenderal Lanh Kao dalam laporan yang dilihat oleh ABC.
"Saat itu ia memungut UXO dan meledak di tangannya, menyebabkan luka serius pada dua orang dan luka ringan pada tiga orang lainnya."
Sebuah foto di laman Facebook Kepolisian Kamboja menunjukkan salah satu pria yang meninggal dengan kepala yang memar dan berdarah namun tidak ada kerusakan pada tangannya.
"Mereka semua dikirim ke rumah sakit rujukan Kampong Speu tapi karena luka parah, dua orang meninggal," kata Letnan Jenderal Lanh Kao.Tak ada pangkat militer yang tercatat
Sebuah laporan polisi pada hari Kamis (15/3/2018l mencoba mengidentifikasi orang-orang Australia itu, namun mungkin ada masalah dengan terjemahan bahasa Khmer.
ABC memahami kedua orang Australia yang terlibat adalah pria berusia 40-an tahun. Photo: Foto layar dari situs areal latihan tembak yang menunjukkan para pria, bukan korban ledakan, menembakkan AK-47. Kini, situs tersebut telah ditutup. (www.cambodiafr.com)
Laporan polisi tersebut menyebutkan pangkat militer setidaknya untuk satu orang Kamboja yang terlibat, namun tidak ada peringkat militer yang tercatat untuk kedua warga Australia itu.
Polisi mendasarkan laporan awal mereka pada wawancara dengan personil militer Kamboja yang bertahan hidup namun kemudian mengatakan kepada ABC bahwa militer tersebut tidak bekerja sama dalam penyelidikan mereka.
"Jika militer mengatakan kebohongan, apa yang bisa kami lakukan?" kata seorang petugas polisi senior.
Departemen Pertahanan Australia merujuk pertanyaan media ke Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.
"Departemen Luar Negeri dan Perdagangan memberikan bantuan konsuler kepada keluarga seorang pria Australia yang terbunuh di Provinsi Kampong Speu dan seorang pria Australia yang cedera di provinsi yang sama, sesuai dengan Regulasi Layanan Konsuler," kata departemen tersebut.
"Karena kewajiban perlindungan privasi, kami tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Amnesty International Desak RI Cegah Hukum Pancung di Aceh