jpnn.com - Juni merupakan Pride Month atau Bulan Pride, waktu ketika komunitas LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgensder) di dunia berkumpul dan merayakan kebebasan untuk merayakan orientasi seksual mereka, yang oleh mayoritas publik dianggap sebagai penyimpangan.
Di berbagai tempat, komunitas gay dengan terang-terangan melakukan pawai dengan mengusung simbol warna pelangi yang menjadi ciri perjuangan mereka.
BACA JUGA: Larang Penggunaan Warna Pelangi Simbol LGBT, PM Hungaria Akhirnya Batal Nonton Euro 2020
Juni dipilih sebagai bulan Pride untuk memperingati pemberontakan Stonewall pada Juni 1969 di New York City, AS. Aksi ini memicu gerakan hak-hak gay modern.
Komunitas LGBT semakin meluas dan mencakup kelompok-kelompok sempalan termasuk queer, interseks, dan aseksual. LGBT kemudian diperluas menjadi LGBTQ, atau bahkan LGBTQIA, untuk memasukkan kelompok-kelompok queer, interseks dan aseksual.
BACA JUGA: Tegas, Laksamana Yudo akan Beri Sanksi Bagi Prajurit TNI AL yang Terlibat LGBT
Queer mengacu pada istilah umum bagi mereka yang bukan heteroseksual, interseks merujuk pada mereka dengan variasi karakteristik kelamin yang berbeda dengan perempuan dan laki-laki karena alasan genetik. Serta aseksual menggambarkan mereka yang tidak mengalami ketertarikan seksual.
Istilah-istilah ini dapat mencakup orang-orang dalam "gender fluid", yaitu kelompok yang fleksibel atas identitas gender mereka, dengan kata lain orang tersebut tidak berkomitmen pada satu identitas saja.
BACA JUGA: Para Waria ini Merasa Damai Membaca Alquran di Madrasah Khusus Kaum LGBT
Gerakan ini sudah semakin jauh dengan mengampanyekan pernikahan sesama jenis. Di beberapa negara dunia pernikahan sesama jenis sudah menjadi sesuatu yang legal. Amerika adalah salah satunya. Beberapa kasus pernikahan sejenis di Indonesia pernah terjadi di Bali.
Pride dikreditkan pada Brenda Howard, seorang aktivis biseksual New York yang dijuluki "Mother of Pride". Ia mengorganisasi parade Pride pertama untuk memperingati perayaan satu tahun pemberontakan Stonewall.
Sedangkan pemilihan warna pelangi berasal dari seniman dan perancang Gilbert Baker yang ditugaskan oleh pengawas kota San Francisco, Harvey Milk, untuk membuat bendera untuk perayaan Pride di kota yang akan datang pada 1978.
Baker, seorang aktivis hak-hak gay terkemuka, mendapat ide dari pelangi untuk mencerminkan banyak kelompok dalam komunitas gay.
Subset bendera juga mewakili orientasi seksual lain dalam spektrum, seperti biseksual, panseksual dan aseksual.
Dalam kategori ini terdapat juga istilah "gender neutral" seseorang yang dianggap netral terhadap gender, tidak laki-laki dan tidak perempuan.
Gerakan ini akan menjadi gerakan global yang masif karena mendapat dukungan terbuka dari perusahaan trans-nasional terkemuka di dunia.
Starbukcs dan Unilever adalah dua perusahaan besar pendukung kuat LGBTQ dan dengan terang-terangan menyuarakan seruan untuk menghormati hak-hak gay dan lesbian.
Apple Inc. adalah sebuah perusahaan teknologi yang populer dengan produk-produk teknologinya. Perusahaan ini didirikan oleh almarhum Steve Jobs, Steve Wozniak, dan Ronald Wayne. Steve Jobs dan perusahaan Apple Inc. sejak lama memang sudah diketahui mendukung pernikahan sesama jenis.
Beberapa kali, apple menghapus berbagai aplikasi di iTunes App Store yang bersifat menolak homoseksualitas.
Tidak hanya itu saja, dalam polling rencana pengadaan Proposition 8 tahun 2008, Apple dan beberapa perusahaan lain berusaha agar peraturan tersebut tidak dianggap konstitusional.
Proposition 8 adalah rencana untuk mendefinisikan bahwa pernikahan hanya sah antara pria dan wanita saja.
Instagram juga merupakan salah satu perusahaan Amerika yang mendukung LGBT.
Ketika Amerika Serikat mengesahkan pernikahan sesama jenis, Instagram termasuk salah satu yang mendukung keputusan tersebut.
Di Facebook, Instagram mengabadikan peristiwa yang dianggap bersejarah bagi warga Amerika tersebut.
Produsen peralatan olahraga terkemuka NIKE Inc. sejak lama mendukung persamaan hak LGBT.
Pada 2012, Nike meluncurkan kaus dengan tagar #BETRUE untuk mendukung LGBT.
Tidak hanya itu saja, mereka juga mendukung Referendum 71 yang mendukung pernikahan sejenis.
Nike tidak segan-segan memutus kontrak sponsorship dengan atlet yang menolak LGBT.
Salah satu kasus menonjol dialami petinju Filipina Manny Pacquiao yang diputus kontraknya oleh Nike karena dia mengungkapkan penolakannya terhadap LGBT.
Sebagai penganut Katolik yang taat Pacquiao dengan tegas menolak gerakan penyimpangan seksual itu.
Perusahaan Google juga menjadi pendukung kuat LGBT. Secara terang-terangan Google merilis dukungannya setelah Mahkamah Agung Amerika melegalkan pernikahan sesama jenis.
Saat itu, Google menampilkan kotak "search" dengan warna pelangi serta menggunakan Google Doodle untuk menyatakan dukungannya.
Perusahaan ini juga termasuk salah satu yang menyerukan kampanye anti-Proposition 8.
Menurut mereka, Proposition 8 yang hanya mengakui pernikahan antara laki-laki dan wanita adalah diskriminasi. Google juga turut memberikan donasi sebesar 140 ribu USD untuk mendukung kampanye Anti-Proposition 8.
Pada 2010, jauh sebelum pernikahan sesama jenis dilegalkan di seluruh Amerika, Google sudah mulai menawarkan jaminan kesehatan untuk pasangan gay karyawan mereka.
Gerai kopi Starbucks juga menjadi pendukung kuat gerakan LGBT. CEO Starbucks, Howard Schultz menyatakan dukunganya ketika Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis.
Perusahaan ini bahkan mengambil langkah untuk memastikan bahwa komunitas anggota LGBT memiliki tempat aman di gerainya. Aturan itu tidak akan lama lagi diberlakukan di gerai Starbuks di seluruh dunia.
Facebook mungkin yang paling terlihat jelas dalam memberikan dukungan terhadap LGBT. Ketika pernikahan sejenis disahkan, Facebook menawarkan gambar pelangi yang bisa dipasang di foto profile Facebook mereka.
Sebanyak 26 juta orang ikut mengganti foto profil mereka dengan pelangi untuk menunjukkan dukungan.
Tidak berhenti sampai di situ saja, perusahaan ini juga memberikan kebijakan pro-LGBT dalam perusahaannya. Beberapa di antaranya adalah peraturan tanpa diskriminasi, tunjangan tanpa terkecuali, dan mempraktikan keberagaman.
Microsoft yang didirikan oleh Bill Gates juga dikenal sebagai perusahaan yang mendukung LGBT. Mereka menyumbangkan 100 ribu USD untuk mendukung Referendum 71 yang mendukung pernikahan sesama jenis.
Di dalam lingkup perusahaan Microsoft terdapat beberapa karyawan yang juga seorang LGBT. Mereka juga mendirikan perkumpulan dalam perusahaan yang disebut GLEAM (Gay dan Lesbian Karyawan Microsot). Perkumpulan ini telah diakui sejak 1993.
Besarnya arus politik yang mendukung LGBT dan perusahaan trans-nasional yang memberikan donasi finansial, membuat gerakan ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Gerakan ini memecah opini masyarakat dunia menjadi dua. Kalangan konservatif agama sudah pasti menolak, dan kalangan liberal menjadi pendukung paling kuat.
Di Indonesia gerakan ini sudah muncul sejak 1980-an. Surabaya menjadi salah satu sentra gerakan ini. Dede Utomo adalah aktivis LGBT dari Universitas Airlangga Surabaya yang berani secara terbuka mengampanyekan hak-hak LGBT.
Sejak 1980-an Dede menerbitkan majalah Gaya Nusantara dan aktif menyuarakan dukungan terhadap hak-hak gay dan lesbian secara terbuka.
Sampai sekarang isu LGBT belum menjadi isu politik mainstream yang diperdebatkan secara terbuka.
namun, melihat dukungan arus politik global yang kencang, ditambah dengan dukungan finansial dari perusahaan trans-nasional yang tajir, tidak mustahil dalam waktu dekat isu LGBT akan menjadi isu arus utama yang diperdebatkan terbuka di Indonesia. (*)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi