Prihatin dengan Etika Berpolitik, Alumni UNEJ Serukan Pertobatan Penyelenggara Negara

Senin, 05 Februari 2024 – 06:53 WIB
Forum Alumni Universitas Jember (UNEJ) untuk Perubahan mengeluarkan seruan moral agar para penyelenggara negara melakukan pertobatan moral. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Para akademisi dari berbagai universitas turun gunung guna guna menyuarakan pesan kepada pemerintah terkait kemunduran demokrasi dan pelanggaran konstitusi jelang Pilpres 2024 ini.

Forum Alumni Universitas Jember (UNEJ) untuk Perubahan mengeluarkan seruan moral agar para penyelenggara negara melakukan pertobatan moral, dan memanifestasikan nilai-nilai keadilan dalam Pancasila.

BACA JUGA: Koalisi Masyarakat Sipil Apresiasi Gerakan Akademisi Selamatkan Demokrasi yang Dirusak Rezim Jokowi

"Kondisi bangsa kita saat ini sedang pada momen memprihatinkan. Para elite politik tak mengindahkan etika bernegara,” ujar Koordinator Acara Bambang Asrini, Minggu (4/2).

Menurut Bambang, terdapat potensi pelanggaran konsitusi yang serius dengan fenomena keberpihakan penyelenggara negara dalam proses pemilu. Ini menciderai harapan publik agar kontestasi demokrasi dapat berlangsung secara jujur dan adil.

BACA JUGA: Akademisi Unpad Ajak Masyarakat Tolak Capres-Cawapres Pengintimidasi dan Pakai Politik Uang

Hal tersebut dinilai sebagai pengabaian atas hak asasi manusia dan kesejahteraan umum yang diamanatkan UUD 1945, serta pengingkaran atas etika sebagai pedoman kepantasan bertindak.

”Dengan mengandalkan hati nurani dan kewarasan berpikir dan bersikap, kami menyerukan sebuah gerakan pemurnian nasional sekaligus pertobatan penyelenggara negara,” tegasnya.

Pernyataan sikap alumni UNEJ itu diikuti dengan bedah buku ’Bergerak dengan Kewajaran’ karya mantan aktivis anti korupsi yang pernah menjabat Menteri ESDM, Sudirman Said. Bedah buku itu menghadirkan pembicara Arifi Saiman (diplomat/ mantan Konjen RI di New York), Satrio Budi Adi (dosen Administrasi Publik, Universitas Indonesia) dan Bambang Asrini (kurator seni rupa) dengan moderator Ratna Mulya Madurani (praktisi hukum).

Arifi Saiman dalam paparannya menyatakan bahwa isi buku tersebut relevan untuk didiskusikan dalam situasi kebangsaan saat ini. Dalam buku tersebut, Sudirman Said menggagas sebuah ekosistem integritas, yakni akan merasa malu hati apabila melakukan tindakan-tindakan yang tidak wajar atau melanggar etika.

”Sudirman Said mengingatkan agar para pemimpin memahami batas-batas kekuasaan sehingga tidak terperangkap pada tiga jebakan, yaitu jebakan popularitas yang membuat lupa diri, jebakan korupsi karena kebutuhan membiayai ongkos politik, serta jebakan penyalahgunaan kekuasaan,” tuturnya.

Di sisi lain, Dosen UI Satrio Budi Adi mengatakan buku ’Bergerak dengan Kewajaran’ mengingatkan kembali publik bahwa rasa cinta tertinggi para penyelenggara negara seharusnya diberikan kepada lembaga, bukan pada pemerintahan yang sifatnya hanya sementara.

”Kecintaan pada negara itulah yang membuat para pejabat publik atau penyelenggara negara tidak takut bersuara dan berbeda pendapat. Perbedaan pendapat merupakan tanda adanya ide atau gagasan yang sedang bergulir dan karena itu, kekuasaan semestinya tidak anti kritik,” jelas Satrio.

Terpisah, Sudirman Said mengutip perkataan Proklamator RI Mohammad Hatta dalam sebuah acara dies natalis Universitas Indonesia, mengenai tugas kalangan terdidik.

Bung Hatta, kata Sudirman, menggarisbawahi bahwa tugas intelegensia adalah memberikan keteladanan dan kepemimpinan dalam masyarakat. Jika intelegensia diam saja saat melihat ketidakadilan atau ketidakwajaran, maka mereka sesungguhnya telah berkhianat pada aspek keberadaannya.

”Hari-hati ini kita mendapatkan gairah baru dalam kehidupan berbangsa. Para guru besar, dosen, mahasiswa dan alumni perguruan tinggi, mulai dari UGM, UI, UNPAD, UNEJ dan lain-lain menyatakan keprihatinan terhadap perkembangan yang dianggap tidak wajar,” papar Sudirman Said.

Menurut Sudirman, hal itu menandakan bahwa Indonesia masih memiliki masyarakat akademik yang sehat, yang berani bersikap dan mengoreksi ketika terjadi penyimpangan dalam pengelolaan negara.

”Keberanian itu menyelamatkan bangsa kita dan menjadi energi segar bagi kekuatan moral yang mendambakan perubahan menuju situasi yang lebih baik,” tandas Sudirman.

Diketahui, sekira 50 orang alumn UNEJ berkumpul di Bellevue Art Space, Cinere, Depok, Jawa Barat untuk mengeluarkan seruan moral agar para penyelenggara negara.(mcr10/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler