Putri-putri Indonesia melanjutkan tradisi berprestasi di tingkat internasional di cabang tenis walau jarak antar pemain masih jauh antar tahun ketika meraih gelar.

Tradisi yang pernah dicapai petenis seperti Yayuk Basuki, Angelique Widjaja, Tami Grande dengan berprestasi bagus di turnamen grand slam berlanjut.

BACA JUGA: Keluar dari Wuhan, Ratusan Warga Australia Diisolasi di Christmas Island

Petenis Priska Nugroho berpasangan dengan petenis Filipina Alexandra Eala menjadi juara ganda putri junior Australia Terbuka hari Jumat (31/01) setelah mengalahkan pasangan Inggris/Slovenia, Matilda Mutavdzic/Zika Falkner, 6-1, 6-2 di Mlebourne Park.

Yayuk Basuki tidak pernah menjadi juara turnamen grandslam di masa junior namun mencapai babak perempat final Wimbledon di tahun 1997 sebelum kalah dari Jana Novotna di tunggal putri.

BACA JUGA: Gegara Virus Corona, Pasar Beriman Tomohon Diminta Tutup Sementara

Generasi penerus Yayuk Basuki adalah Angelique Widjaja yang menjadi juara tunggal putri junior Wimbledon di tahun 2001 dan disusul oleh Tami Grande di tahun 2014 juga di turnamen yang sama Wimbledon menjadi juara ganda putri, bersama petenis China Ye Qiuyu juag di kelompok junior.

Sekarang enam tahun kemudian Priska Nugroho (17 tahun) menjadi juara di turnamen grand slam lainnya, Australia Terbuka.

BACA JUGA: Ada Pihak yang Dapat Uang Dari Penyebaran Berita Menyesatkan Soal Virus Corona

Dalam perbincangan dengan wartawan ABC Sastra Wijaya hari Senin (3/2) lewat WhatsApp, Priska Nugroho mengatakan bahwa dalam turnamen ini target mereka adalah masuk semfiinal, karena mereka adalah unggulan keempat.

"Tentu saja kami bersyukur bisa menjadi juara." kata Priska.

Perjuangan terberat yang dialami oleh Priska/Eala adalah di semifinal sebelum mereka menang atas unggulan pertama pasangan Kamilla Bartone/Linda Fruhvirtova, 1-6, 5-7, 10-8.

Ini adalah untuk pertama kalinya Priska berpasangan dengan Alex Eala di turnamen grand slam.

"Tapi tahun 2017 kita sudah pernah partner dan kita menang di 5 minggu turnamen tenis Eropa di bawah usia 14 tahun berturut-turut di tahun 2017." Photo: Priska Nugroho menyampaikan pidato kemenangan di Melbourne Park setelah menjuarai ganda putri junior Australia Terbuka. (Foto: Ryan Tanu)

 

Priska juga turun di nomor tunggal putri junor namun sudah tersingkir di babak ketiga kalah dari petenis Jerman Alexandra Vecic, 2-6, 2-6 padahal Priska diunggulkan di tempat ke-15.

Setelah kemenangan ini, perhatian Priska akan dialihkan ke turnamen beregu Piala Federasi mewakili Indonesia dimana Indonesia berada di Grup 1 tingkat Asia Oceania bersama dengan China, China Taipei, India, Korea Selatan dan Uzbekistain. Tantangan berprestasi di tingkat senior

Tantangan yang dihadapi oleh pemain seperti Priska Nugroho adalah berprestasi baik di tingkat senior dimana semua pemain adalah bintang-bintang profesional.

Dalam sejarah, kadang pemain yang berprestasi bagus di tingkat junior tidak berprestasi baik di tingkat senior karena tingkat persaingan yang lebih ketat.

Saat in di tingkat dunia sudah ada petenis muda seperti petenis AS Coco Gauff yang baru berusia 15 tahun yang sudah berprestasi baik di tingkat senior.

Gauff misalnya berhasil maju ke babak ketiga Australia Terbuka sebelum kalah dari petenis senegara Sofia Kenin yang akhirnya menjadi juara.

"Coco Gauff adalah salah satu pemain yang spesial. Di usia 15 dia sudah bisa bersaing di tingkat yang sangat tinggi dan menghandle suasana dan pressure yang sangat banyak. Persaingannya pastinya sangat susah." kata Priska.

Apa arti kemenangan Priska Nugroho ini bagi perkembangan tenis di Indonesia?

"Mudah-mudahan dengan hasil baik ini bisa memotivasi Priska untuk latihan lebih giat dan lebih bekerja keras karena perjalanan karir masih panjang." kata Ryan Tanujoyo pelatih Priska yang mendampingi pemain tersebut di Melbourne Park.

Ryan juga berharap keberhasilan Priska akan menjadi motivasi juga bagi para pemain muda Indonesia lainya.

"Saya berharap banyak bibit pemain muda yang terpacu untuk latihan sehingga regenerasi di sektor junior berkembang dan tennis indonesia bisa jauh lebih maju untuk ke depannya." ungkap Ryan kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.

Mengenai faktor kemenangan Priska yang berpasangan dengan petenis Filipina yang baru berusia 14 tahun, Ryan Tanujoyo mengatakan Priska memiliki kesiapan mental lebih baik untuk terjun di Melbourne Park.

"Saya lihat secara mental Priska lebih siap karena sudah lebih berpengalaman main di tingkat grand slam dibandingkan tahun lalu." kata Ryan lagi.

Juga, menurut Ryan, bermain dengan Alex Eala juga semakin solid.

"Mereka bermain dari turnamen di bawah usia 14 tahun (U-14) di Eropa dan selalu bermain kompak dan mendapatkan hasil yang baik juga sehingga ini menjadikan modal lebih percaya diri.' kata Ryan.

Turnamen grand slam Australia Terbuka sudah berakhir hari Minggu (3/2/2020) dengan petenis Serbia Novak Djokovic menjuara nomor tunggal putra untuk kedelapan kalinya setelah menang lima set atas petenis Australia Dominic Thiem 6-4, 4-6, 2-6, 3-6, 4-6.

Di tunggal putri, petenis Amerika Serikat Sofia Kenin menjadi juara untuk pertama kalinya setelah mengalahkan petenis Spanyol Garbine Muguruza,

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Melbourne Dihukum 35 Tahun Karena Cabuli Anak, Pernah Beraksi di Indonesia

Berita Terkait