jpnn.com, JAKARTA - Eks narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah merespons adanya pro dan kontra pembubaran Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang disebut memunculkan islamofobia.
Haris menilai keberadaan Densus 88 masih diperlukan dan keberadaannya penting guna menangkal pencegahan terorisme.
BACA JUGA: Fadli Zon Minta Densus 88 Dibubarkan, Mabes Polri Merespons Tegas
“Keeradaan Densus perlu dipertahankan. Pernyataan politikus itu jangan disamakan dengan pernyataan anak jalanan. Densus dengan payung hukum. Kritik itu harus bijak dan jangan membuat angin segar bagi terorisme,” ujar Haris dalam Diskusi Trijaya Hot Topic Petang yang disiarkan Selasa (12/10).
Haris menilai keberadaan Densus 88 efektif dalam menangkal terorisme. Terbukti, 80 napiter tobat dan kembali ke jalan yang benar.
BACA JUGA: Arief Poyuono Sebut Pengusul Pembubaran Densus 88 Layak Diawasi
“Itu ada peran ulama dan peran Densus 88. Jadi, mereka itu tidak hanya pemberantasan, ada juga direktorat pencegahan dan sosial,” kata Haris.
Dia bahkan menyebut kadang Densus 88 jauh lebih humanis dari orang-orang di luarnya. “Mereka mengejar teroris karena kesalahannya, namun setelah ditangkap perlakuannya humanis,” kata Haris.
BACA JUGA: Fadli Zon Tuding Densus 88 Penebar Islamofobia, Reaksi Uni Irma Menohok
Ketua Program Studi Kajian Terorisme SKSG Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah sependapat dengan Haris. Menurut Syaufillah, keberadaan Densus 88 perlu dipertahankan dan itu sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 2018 Tentang Pemberantasan Terorisme.
“Keberadaan Densus perlu dipertahankan karena menjadi amanat Undang-Undang kita,” terang Syauqi yang juga Ketua BPET MUI. (cuy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Elfany Kurniawan