jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program jangka panjang Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) sebagai pendobrak kerja yang luar biasa untuk meningkatkan ekspor Indonesia dalam kurun empat tahun ke depan.
Melalui Gerakan ini mampu mempersatukan kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu hingga hilir.
BACA JUGA: Hebat, Gapoktan Mujagi Berhasil Mengelola 100 Hektare Lahan Pertanian
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo selalu mengingatkan bahwa gerakan ekspor merupakan gerakan bersama untuk mengoptimalkan potensi pertanian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri serta pasar internasional.
“Selain itu, diharapkan gerakan ini mampu membuka lapangan pekerjaan secara luas di seluruh Indonesia,” tuturnya.
BACA JUGA: Gapoktan Situbondo: Erick Thohir Memajukan Petani Indonesia
Selanjutnya, kata dia, guna memuluskan kegiatan pemasaran tentu diperlukan networking yang kuat agar mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka menjaring peluang-peluang pasar yang ada.
Mentan Syahrul juga mengatakan bahwa untuk menjadikan pertanian maju, mandiri, dan modern harus mencetak sumber daya manusia (SDM) pertanian yang berkualitas.
BACA JUGA: Polisi Tembak Polisi, Anggota Densus 88 Bripda Ignatius Diduga Dibunuh Secara Terencana
"Keberadaan para petani juga sangat vital dalam mewujudkan pencapaian ketahanan pangan. Dalam penerapan teknologi pertanian yang direkomendasikan," katanya.
Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus mendorong usaha pertanian yang berorientasi pasar dan menghasilkan duit.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa bisnis pertanian wajib berorientasi pasar, kebutuhan untuk makanan pokok pasti tidak akan pernah berkurang, sehingga pertanian tidak boleh berhenti untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia.
“Sudah saatnya agribisnis berorientasi pada pasar dan tidak hanya berkutat pada on farm saja. Market intelligent petani dan penyuluh haris kuat untuk dapat menguasai pasar, karena peluang pasar untuk produk pertanian masing sangat terbuka lebar baik di dalam maupun di luar negeri,” imbuhnya.
Pada acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Kapasitas SDM Pertanian Kapasitas SDM Pertanian Mendukung Keberlanjutan CSA, bebrapa waktu lalu telah dilakukan kunjungan lapangan ke penggilingan padi milik PT Padi Unggul Gemolong (PT PUG).
PT PUG merupakan korporasi petani Gapoktan Ngudi Makmur di Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Para peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Kapasitas SDM Pertanian mendapat pengalaman berharga ketika berkunjung ke lokasi penggilingan.
Di sana, para peserta Bimtek yang notabene berasal dari tujuh kabupaten di Jawa Tengah, melihat proses produksi berbagai komoditas pertanian, yakni beras putih, beras merah, dan beras pecah kulit (BPK). Komoditas terakhir merupakan salah satu andalan PT PUG.
Direktur PT PUG Fakih Hanafi mengatakan bahwa perusahaannya memproduksi sekitar 7 ton BPK setiap harinya.
Dia mengatakan bahwa BPK ini merupakan beras ‘setengah jadi’ atau mentah, yang nantinya dikirim ke produsen beras lagi.
“Rice to rice. Jadi, nanti finisihingnya bisa medium atau premium,” kata dia saat memberikan arahan kepada para peserta Bimtek.
Dia mengungkapkan bahwa PT PUG saat ini membawahi Gapoktan Ngudi Makmur, yang notabene mengelola lahan sekitar 194 hektare, dengan rata-rata panennya 5 ton per hektare.
Fakih bersyukur bahwa sejak mendapat bantuan 2018 dari Kementerian Pertanian, pihaknya bisa memberdayakan banyak petani. Bantuan berupa bangunan atau gudang penggilingan, mesin dryer, hinggga mesin packing, membuat para petani di Desa Purworejo kian terbantu. Dan mulai beroperasi September 2018,” jelasnya.
Fakih menambahkan dalam memproduksi BPK, aspek pemilihan GKP (gabah kering panen) amat penting.
Kepada para peserta, Fakih menjelaskan jika ada sejumlah kriteria GKP yang harus dijadikan patokan agar BPK berkualitas.
Pertama bulir harus berisi. Memperhatikan kadar air. Ini bisa ditentukan tergantung permintaan pembeli. Untuk pabrik maksimal 14 karena untuk disimpan. Untuk pembeli skala kecil biasanya di kisaran 15.
“Untuk harga sekitar Rp 9.400 hingga Rp 9.500 per kilogramnya,” ungkap dia.
Dalam kesempatan itu, Fakih juga menjelaskan jika PT PUG memproduksi beras merah. Bahkan, yang menggembirakan mereka mendapat kontrak dari PT Food Station Cipinang sejak awal Februari 2022.
"Alhamdulillah untuk jumlah pengiriman ke PT Food Station tidak ditentukan. Disesuaikan dengan produksi di kami," ujarnya.
“Kami juga mengajak siapapun untuk berkontribusi dan sama-sama memberdayakan para petani. Semoga apa yang kami dilakukan memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani,” katanya. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilik Toko Susu di Serang Banten Kehilangan Rp 215 Juta
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi