jpnn.com - JAKARTA - Produksi garam nasional tahun ini diprediksi akan mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Cuaca buruk menjadi penyebab utamanya.
Hal itu diamini oleh Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman. "Masalah utama garam Indonesia, tergantung cuaca. Beda dengan Australia yang punya rock salt. Biasanya (di Indonesia) akhir Juli ini sudah produksi. Saya dengar produksi baru mulai, tapi sedikit sekali. Di Jabar parah, belum bisa mulai produksi," kata Adhi saat dikonfirmasi, Jumat (2/8).
BACA JUGA: Pemerintah Tambah Impor Daging Kerbau Sebanyak 70 Ribu Ton
Untuk diketahui, target produksi garam nasional tahun ini sebesar 3 juta ton. Smenetara target luas lahan produksi 24 ribu hektar.
Dia pun menyarankan pemerintah melakukan pembenahan di hulu. Caranya, dengan memperbaiki teknologi produktivitas, dan menambah luas lahan. "Sehingga pada saat cuaca bagus, bisa stok," ungkap Adhi.
BACA JUGA: Kemenpar Ajak Media dan Diver Thailand Mengeksplorasi Labuan Bajo
Selain itu, lanjut dia, pemerintah seharusnya tidak alergi untuk melakukan impor garam, khususnya untuk produksi. "Untuk industri, sebagai bahan baku, harus impor dulu. Yang penting ada nilai tambah di proses produk hilir industri makanan-minuman atau lainnya," tutur Adhi.
Selain itu, menurutnya, Indonesia bisa mencontoh negara maju dan besar. Dimana, lebih memikirkan nilai tambah dalam negeri. "Negara besar dan maju, tidak lagi memikirkan impor atau tidak. Tapi lebih memikirkan adanya nilai tambah dalam negeri dan suplly ke global market," tutup Adhi. (dil/jpnn)
BACA JUGA: Wonderful Indonesia Bakal Goyang Pasar Jepang Lewat JATA Travel Expo
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang PON, Pelaku UKM Masih Adem Ayem
Redaktur : Tim Redaksi