Produksi Minyak Terus Memburuk

Selasa, 18 Februari 2014 – 05:13 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Kinerja produksi minyak mentah tak kunjung membaik. Saat ini produksi minyak mentah Indonesia masih berkisar di 798 ribu barel per hari (bph). Hal tersebut jauh dari proyeksi APBN 2014 yang sebesar 870 ribu bph. 

Deputi Pengendalian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Muliawan mengatakan cuaca beberapa bulan terakhir telah memengaruhi kinerja beberapa beberapa blok minyak. "Ini karena cuaca buruk," ujarnya di Jakarta kemarin (17/2).

BACA JUGA: Jalankan Program Umroh, Direksi Merpati Izin ke Menhub

Dia mencontohkan insiden kebocoran pada fasilitas SBM manifold di wilayah kerja Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). Kebocoran tersebut menyebabkan seluruh produksi terhenti. Selain itu, insiden serupa juga terjadi di lapangan JOB Pertamina Petrochina East Java pada 21 Januari. Fasilitas mooring hawser untuk FSO Cinta Natomas ke SBM juga terputus. 

"Ada lagi kebocoran pipa di Pematang Ibul di Muara Bangko milik Chevron Pacific Indonesia. Seluruh kejadian ini butuh waktu lagi untuk sampai pada produksi normal," katanya.

BACA JUGA: Dahlan Kenal Baik Pengganti Gita Wirjawan

Situasi tersebut semakin menjauhkan harapan agar kinerja produksi minyak membaik. Sebab angka tersebut juga di bawah realisasi rata-rata produksi pada 2013 sebesar 825 ribu bph. 

Plt Kepala SKK Migas Indonesia Johanes Widjonarko mengatakan, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak memastikan hanya sanggup mencapai 804.000 per hari. "Target produksi minyak pada 2014 dalam APBN memang ditetapkan sebesar 870 ribu bph. Namun, berdasarkan target rencana kerja, KKKS hanya mampu sebesar 804 ribu bph," tuturnya.

BACA JUGA: Pemerintah Mudahkan Pemasangan Listrik

Dia menambahkan, produksi tahun ini bakal terus menurun. Hal tersebut karena usia sebagian besar sumur minyak di Indonesia sudah tua. Sedangkan cadangan minyak baru untuk menutupi laju penurunan dengan jumlah signifikan belum ditemukan. "Saat ini laju penurunan produksi minyak diusahakan hanya sebesar 0,3 persen. 

Produksi bulanan minyak mulai Agustus akan turun di angka 790 ribu bph dan akan turun terus mencapai 782 ribu bph di Oktober 2014," ungkapnya.

Dia melanjutkan, kondisi produksi baru akan membaik pada November. Hal tersebut bakal didapat dari proyek pengembangan Cepu. "Produksi November diperkirakan mencapai 806 ribu bph. Kemudian, meningkat pada Desember 2014 sebesar 851 ribu bph. Dengan demikian tahun ini produksi minyak rata-rata hanya 804 ribu bph," katanya. 

Sektor migas juga masih dirundung masalah minimnya kilang. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan perusahaan pelat merah tidak akan mampu membangun kilang minyak anyar. Karena itu, harus ada investor swasta yang berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan kilang. Dia mengatakan, kebutuhan fasilitas pengolahan minyak mentah sudah sangat mendesak. 

Namun, biaya pembangunan kilang sangat tinggi. Pertamina sebagai perusahaan negara di sektor migas tidak bisa dipaksakan membangun kilang baru. "Pertamina tidak mampu bangun kilang besar. Balance sheet (neraca keuangan, Red) nggak kuat. "Pembayaran subsidi tidak lancar sehingga Pertamina nggak mampu," kata Dahlan.

Dahlan menambahkan, Indonesia membutuhkan dua kilang minyak dengan kapasitas 300 ribu bph. Untuk merealisasikan rencana tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 160 triliun. "Kilang kita hanya mencukupi 60 persen dari kebutuhan minyak tanah air. Sisanya impor," terangnya.

Karena itu, dia berharap setiap lini pemerintah terus berusaha menarik investor untuk berinvestasi kilang minyak. Soal itu dia mengaku mengapresiasi upaya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian ESDM dalam aksi lobi investor di Singapura. "Di sini peran negara besar sekali. Jadi betul sekali Wamen Keuangan dan ESDM melobi pembangunan kilang. Saya pasti mendukung rencana ini," ujarnya.

Sampai saat ini, lanjut dia, pemerintah sudah berupaya untuk merealisasikan mimpi tersebut. Sayangnya, belum ada pihak asing yang mengambil tindakan nyata. Misalnya, investor dari Kuwait mengaku tertarik membangun kilang. Namun hingga kini wacana tersebut belum menjadi kenyataan karena banyaknya permintaan insentif yang sulit dipenuhi oleh kementerian keuangan. (bil/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Husein Sastranegara Dibuka Lagi, Adi Sucipto Belum Beroperasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler