Produksi Padi Banten Meleset dari Target

Jumat, 16 November 2018 – 22:30 WIB
Petani padi di Karawang, Jawa Barat. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, SERANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten merilis bahwa realisasi produksi padi di Banten periode Januari sampai dengan Desember 2018 diperkirakan hanya mencapai 1,60 juta ton gabah kering giling (GKG) dan jauh dari target (aram II) sebesar 2,4 juta ton GKG.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid menjelaskan tingginya selisih perbedaan angka antara realisi produksi dengan angka ramalan (aram) dua itu dipengaruhi karena adanya perubahan metodologi perhitungan data produksi padi dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA).

BACA JUGA: Andalkan Keluarga Ratu Atut, Jokowi Optimistis Rebut Banten

"Kalau merujuk pada data versi KSA, jelas terkoreksi tajam sekali perbedaannya sebab menurut data tersebut produksi kita diperkirakan 1,6 juta ton, sementara aram II kita yang juga bersumber dari BPS itu sekitar 2,4 juta ton. Artinya di sini perlu dilakukan penyamaan persepsi, seluruh dinas pertanian kabupaten/kota juga harus duduk bareng agar semuanya memiliki pemahaman yang sama guna perbaikan ke depan," ujar Agus kepada INDOPOS,Kamis (15/11) .

Agus menampik, jika selisih yang tajam itu disebut mengalami penurunan produksi, sebab BPS juga belum bisa membandingkan produksi padi Banten tahun sebelumnya dengan metode yang baru ini (metode KSA).

BACA JUGA: Keluarga Chasan, Pendekar dan Ulama Banten Dukung Jokowi

Kendati demikian data ini akan menjadi catatan pihaknya agar ke depan seluruh jajaran dinas pertanian provinsi, kabupaten dan kota di Banten agar memulai perhitungan dengan metodologi yang baru diperkenalkan BPS itu.

"Kita bersama dengan BPS akan kembali melakukan start perhitungan data dari nol lagi. Agar kami bersama jajaran juga bisa paham dan mengerti apa dan seperti apa prakteknya di lapangan," cetusnya.

BACA JUGA: Perolehan Suara Jokowi Ditargetkan Capai 70 Persen di Banten

Lebih lanjut Agus mengatakan, dengan turunnya angka produksi padi Banten tahun 2018 ini merupakan basis data awal. "Ke depan dua atau tiga tahun yang akan datang trend-nya baru akan terlihat (apakah mengalami penurunan atau peningkatan-red). Dan jangan-jangan ke depan juga pemerintah akan kembali meninjau data KSA ini. Karena metode-metode ini juga semuanya buatan manusia," tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan Kasi Statistik Pertanian BPS Banten, Purwanto Badarani, bahwa rilis yang dikeluarkan pihaknya bukan untuk menunjukkan adanya penurunan produksi pertanian Banten, tetapi memang ada perubahan metodologi perhitungan data dari yang sebelumnya.

"Sekarang kita pakai metode Kerangka Sampel Area (KSA). Dengan metode yang baru ini kita mencoba memutakhirkan data-data pertanian agar tingkat akurasinya lebih tepat," jelasnya.

Menurutnya, metode KSA ini sudah diakui oleh lintas kementerian terkait, bahkan belum lama ini sudah dirilis oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang kemudian ditindaklanjuti Kepala BPS. "Nah dari situ kita memang menghasilkan data yang berbeda dari sebelumnya," imbuhnya.

Untuk memperbaiki metodologi dengan menggunakan KSA ini, imbuh Purwanto, BPS bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penetapan Teknologi (BPPT), Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasioal (Kementrian ATR/BPN), Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Jadi KSA merupakan perhitungan luas panen, khususnya tanaman padi, dengan memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN," tukas Purwanto.

Kabid Tanaman Pangan Distan Banten, Sobirin yang dikonfirmasi malah mempertanyakan sumber data yang mengklaim penurunan produksi di Banten,meski dirinya ikut dalam pertemuan bersama BPS dan Kepala Distan Banten. “"Data dari BPS itu sebenarnya tidak perlu dipublikasi, karena alat ukurnya berbeda," kilah Sobirin.(yas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolda Banten : Jangan Terpecah Belah, Persatuan yang Utama


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler