Prof Abdul Hafiz Anshari, Ulama yang Berani ke Panggung Politik

Senin, 10 Juni 2019 – 04:47 WIB
Prof Abdul Hafiz Anshari di ruang tamu rumahnya di Kompleks Ria Safari Jalan Mahligai, Kertak Hanyar Kabupaten Banjar. Foto: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN

jpnn.com - Prof Abdul Hafiz Anshari merupakan mantan ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2007 – 2012. Sebelumnya dikenal sebagai tokoh yang berkiprah di bidang syiar agama.

MUHAMMAD OSCAR FRABY, Banjarmasin

BACA JUGA: Cerita Ketua KPU Arief Budiman Mendapat Ancaman Akan Dibom

Ruang tamu rumah bernomor 12A di Komplek Ria Safari Jalan Mahligai, Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalsel, itu terlihat lapang. Hanya dua sofa panjang menghiasi ruangan. Sudah setengah bulan, meja tamu sengaja dipindah empunya rumah.

Ruangan ini disulap sebagai tempat salat berjamaah di bulan Ramadan. “Rutin tiap tahun di bulan Ramadan dilakukan salat berjamaah di ruangan ini,” tutur Prof Hafiz membuka pembicaraan.

BACA JUGA: Ketua KPU: Kabar Petugas KPPS Meninggal Diracun Hoaks

Tak banyak hiasan di dinding tamu. Hanya banyak figura foto dirinya bersama Presiden. Mulai dari Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo. “Yang terbaru saat bersama Pak Jokowi saat diundang ke Istana Negara bersama ulama se-Indonesia tahun lalu,” katanya.

BACA JUGA: Perkembangan Kasus Saldo di Rekening Tiba – tiba Berkurang

BACA JUGA: Pemilu 2019 di Mata Para Ulama Ciamis dan Pangandaran

Menyandang status ulama, tidak lantas Hafiz jauh dari urusan politik. Contohnya saat dia terpilih sebagai Ketua KPU Kalsel tahun 2003 silam. Bahkan, dua tahun setelah itu, dia maju sebagai calon Wakil Gubernur Kalsel berpasangan dengan Gusti Iskandar pada pilkada 2005 silam. Diusung Partai Golkar. Namun dia kalah dari pasangan Rudy Ariffin - Rosehan NB.

Partai Golkar lah yang membuat nama Hafiz di kancah politik. Awalnya, mantan ketua umum PMII periode 1984-1986 itu adalah seorang PNS di IAIN Antasari.

Dia menjabat sebagai sekretaris Korpri di Fakultas Syariah di kampus yang saat ini bernama UIN itu. Di era Orde Baru kala itu, Korpri adalah bagian dari partai berlambang pohon beringin.

Dia ingat betul, pada tahun 1996 silam. Dia diminta untuk masuk di kepengurusan partai Golkar Kalsel. “Ketika itu, belum ada aturan PNS dilarang ikut berpolitik praktis. Saya pun mulai terjun ke dunia politik,” ceritanya.

Namun, dunia politik pula yang membuat Hafiz terlambat menyelesaikan desertasinya. “Tahun 1998 saya mundur dari dunia politik. Desertasi saya tak selesai-selesai kala itu. Ditambah keluarnya aturan yang melarang PNS ikut politik praktis. Saya pun memilih tetap menjadi PNS,” tuturnya.

Meski tak lagi berkarier di dunia politik, Hafiz rupanya ditakdirkan untuk tak bisa lepas dari dunia yang sempat membuat kuliahnya hampir berantakan. Ceritanya, sebelum Pemilu tahun 2004 lalu, salah seorang PNS Pemprov datang ke rumahnya.

Si tamu menyampaikan pesan dari Gubernur Kalsel, Syahril Darham yang meminta dirinya untuk menjadi tim panitia seleksi Komisioner KPU Kalsel atau untuk membantu kepemiluan di Kalsel menjadi komisioner KPU Kalsel.

Pilihannya, jika menjadi tim panitia seleksi, dia tak perlu mengikuti tes dan langsung di-SK-kan oleh gubernur. Namun, jika memilih ingin menjadi komisioner, tetap harus mengikuti tes seperti peserta lain.

“Setelah berunding dengan orang rumah, saya pilih yang kedua. Yakni ingin menambah pengalaman dan menjadi komisioner KPU,” terangnya.

Tak memiliki banyak ilmu kepemiluan, bukan berarti Hafiz berserah diri. Buku-buku terkait undang-undang kepemiluan dipelajari siang hingga malam.

BACA JUGA: Kapok jadi Korban Mahar Politik, Jhon Krisli Pilih Jalur Independen

Termasuk buku-buku yang dipinjami oleh PNS yang datang ke rumahnya lalu. “Memang ada ilmu politik sedikit dikuasai kala menjadi pengurus Golkar. Tapi sudah lama. Banyak yang tak ingat,” tukasnya.

Tak disangka, namanya terpilih sebagai komisioner KPU Kalsel untuk periode 2003-2007. Menariknya, Hafiz terpilih sebagai Ketua KPU Kalsel setelah adanya polemik pemilihan ketua.

Dua kandidat kuat, Mohammad Effendi dengan Alm Syahrani Ambo Oga masing-masing bersikeras ingin menjadi orang nomor satu di KPU Kalsel.

“Rapat pleno sampai tiga hari dan panas. Akhirnya untuk menegahi dan alternatif pilihan lain, kawan-kawan memilih saya untuk menjadi Ketua KPU Kalsel,” ingatnya.

Tak sampai tuntas memimpin KPU Kalsel hingga berakhirnya masa jabatan, Hafiz mengundurkan diri. Dia diminta Golkar untuk mendampingi Gusti Iskandar maju sebagai Wakil Gubernur Kalsel pada Pilkada tahun 2005.

“Saya ingat betul. Kabar tersebut saya terima saat di Mina menunaikan ibadah haji. Tapi belum saya putuskan, karena selain saya membimbing jemaah haji. Juga status saya sebagai Ketua KPU Kalsel,” terangnya.

Keputusan baru diambil Hafiz begitu tiba di Banua. Dia memilih untuk mundur menjadi Ketua KPU Kalsel dan maju sebagai Wakil Gubernur Kalsel. “Begitu tiba di Banua satu hari, saya langsung dipanggil ke Jakarta. Ketika itu permintaan langsung oleh Ketua DPD Partai Golkar Kalsel, Alm H Sulaiman HB,” ujar Hafiz.

Singkat cerita, Pilgub Kalsel dimenangi pasangan Rudy Ariffin - Rosehan NB. Hafiz pun kembali ke habitat. Mengajar di UIN sekaligus berdakwah.

Lagi-lagi dunia politik memanggil jiwanya. Pada tahun 2007, ada rekrutmen calon komisioner KPU RI. Merasa berpengalaman pernah memimpin KPU Kalsel, dia pun memberanikan diri ikut melamar melalui pos untuk menjadi komisioner KPU Kalsel.

“Tanpa ada yang tahu, saya mendaftarkan diri setelah ada masukan pula dari keluarga, melalui pos,” ucap lulusan Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.

Tak disangka, dari 578 pelamar, nama Hafiz dinyatakan lulus administrasi hingga tes tertulis dan psikotes di Hotel Milenium Jakarta. Hingga mengerucut 21 orang yang akan mengikuti fit and proper test di DPR RI.

Dari jumlah anggota Komisi II yang hadir sebanyak 47 orang, 45 orang yang memilih Hafiz. “Alhamdulillah hanya dua orang yang tak memilih saya. Dan ketika dilakukan pemilihan ketua, saya dipilih secara aklamasi sebagai Ketua KPU RI periode 2017-2012,” ucap Wakil Ketua Umum MUI Kalsel ini.

Soal mengisi ceramah,Hafiz sudah aktif sejak menjadi mahasiswa IAIN pada tahun 1976 silam. Ketenaran dirinya ceramah, diakui ada unsur faktor kebetulan. Kala itu, sang penceramah berhalangan hadir. Dirinya pun diminta menggantikan.

“Waktu itu ada kegiatan lelang bantuan pembangunan Masjid di kawasan Kelayan Banjarmasin. Setelah itu mulai banyak yang meminta saya menjadi penceramah,” tutup Jebolan Madrasah Mualimin Ponpes Darussalam Martapura itu.(ay/ran)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kelelahan, Ketua KPU Kabupaten Bekasi Tumbang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler