jpnn.com, JAKARTA - Monosodium Glutamat (MSG) atau vetsin atau dikenal sebagai micin adalah salah satu penyedap rasa semua masakan yang terbuat dari garam natrium dan asam glutamat.
Semua orang sepertinya sudah tahu apa itu micin, dan juga pernah merasakan sedapnya masakan yang menggunakan micin.
BACA JUGA: 3 Cara Mudah Mengurangi Konsumsi Micin
Asam glutamat pada micin dapat memberikan rasa gurih yang berbeda dari penyedap makanan lainnya.
Berdasarkan sejarahnya, MSG pertama kali ditemukan di Jepang pada 1908 oleh seorang professor bernama Kikunae Ikeda.
BACA JUGA: Terapkan Gaya Hidup Sehat dengan Kurangi MSG, Produk ini Bisa jadi Pilihan
Kikunae Ikeda mengekstrak dan mengkristalkan glutamat dari kaldu rumput laut untuk dijadikan butiran MSG.
Banyak yang mengatakan bahwa micin dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti pemicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan.
BACA JUGA: MSG Terbukti Aman, UMKM Wajib Pastikan Takaran Sesuai Aturan
Namun, apakah benar pernyataan tersebut?
“Masih banyak tanggapan miring beredar di masyarakat mengenai micin ini. Konsern dengan hal tersebut, hari ini P2MI yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia berinisiatif memberikan informasi yang benar mengenai amannya mengonsumsi MSG lewat media workshop ini," kata Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) Satria Gentur Pinandita dalam media workshop dirangkaikan dengan buka bersama di Jakarta, Senin (17/4).
Media workshop bertajuk “Cinta Pakai Micin, Why Not?” ini, terangnya, bertujuan memberikan informasi yang benar mengenai MSG.
Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah, dosen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor dalam paparannya menyampaikan MSG aman dikonsumsi oleh semua tahapan usia. Kadar keamanan MSG dijelaskan pada Permenkes dan BPOM. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menjelaskan bahwa MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan.
Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan dengan batasan pemakaian secukupnya. Lembaga internasional, seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organisation (WHO) juga telah memverifikasi keamanan MSG.
“MSG mempunyai rasa, yaitu rasa umami yang merupakan rasa dasar kelima, selain asin, asam, manis dan pahit, karena MSG memiliki reseptor sendiri pada permukaan lidah dan aman dikonsumsi," ujar Prof. Dede.
Dia melanjutkan hoaks yang beredar di masyarakat mengenai micin adalah tidak benar. MSG atau micin memiliki acuan nilai asupan harian (ADI) sebagai not specified atau tidak dinyatakan.
Ini berarti MSG adalah bahan yang aman, bahkan kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur.
MSG ujarnya, mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%. Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.
Dia menyebutkan saat ini juga ada beberapa produk makanan yang mengeklaim tanpa ada penambahan MSG, dan hanya mengandung jamur, yeast dan sebagainya.
Namun secara ilmiah, produk makanan ini sebenarnya juga mengandung asam glutamate yang juga terkandung dalam MSG, bahkan produk makanan ini dijual dengan harga yang lebih mahal dari MSG.
Workshop ini ditutup dengan buka puasa bersama antara media dan pengurus P2MI.
Satria menambahkan melalui acara ini, terungkap stigma negatif yang selama ini melekat pada micin adalah tidak benar. Nyatanya micin merupakan material yang juga bermanfaat.
"P2MI berharap melalui kegiatan ini masyarakat dan terinformasikan mengenai amannya mengonsumsi MSG dan tidak lagi khawatir dalam menambahkan micin pada masakan," pungkas Satria. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad