Profesor Zainul: Konsep Perdamaian Model NU yang Ditawarkan Gus Yahya Sudah Tepat

Kamis, 16 Desember 2021 – 16:40 WIB
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Foto: Dok. PBNU

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Media Zainul Bahri mengatakan konsep perdamaian model NU lewat gerakan Islam ‘Washatiyah’ atau Islam Moderat dalam narasi ‘Rahmatan Lil Alamin’ yang ditawarkan oleh Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya kepada dunia internasional sudah tepat.

“Kalau pada level dunia menurut saya, kata kuncinya “Rahmatan Lil Alamin” itu maksudnya adalah Kosmopolitanisme Islam. Kalau pada level nasional misalnya mungkin itu yang disebut Islam Indonesia atau Islam Nusantara,” kata Zainul Bahri dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/12/2021).

BACA JUGA: Aqil Irham: Calon Kuat, Gus Yahya Paling Pas Pimpin PBNU

Menurut Zainul, nilai atau perangkat nilai-nilai Islam itu compatible dengan budaya adat istiadat dan kehidupan sehari-hari umat Islam yang manfaatnya bisa dirasakan oleh non-muslim.

Sebelumnya, Kiai Yahya Cholil Staquf atau dikenal dengan sapaan Gus Yahya menawarkan konsep perdamaian model Nahdlatul Ulama (NU) lewat gerakan Islam ‘Washatiyah’ atau Islam moderat dalam kerangka menuju peradaban dunia yang lebih baik dan bermartabat.

BACA JUGA: Gus Yahya Anggap Pandemi Mengganggu Nilai Fundamental di Pesantren

Gagasan perdamaian itu diwujudkan melalui konsensus Islam ‘Rahmatan Lil Alamin’ untuk menciptakan tatanan dunia yang penuh dengan kedamaian.

Gus Yahya menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada acara International Conference On Islam and Human Rights (ICIHR), Jumat (10/12). 

BACA JUGA: Gus Muhaimin Raih Penghargaan di KWP Award 2021

Sosok Potensial

Menurut Zainul, NU memiliki sosok potensial seperti Gus Yahya yang dapat melanjutkan perjuangan Gus Dur.

Dai menilai Gus Yahya sebagai perwakilan tokoh Muslim Indonesia pada level dunia untuk menawarkan konsep perdamaian model NU di dunia internasional.

“Saya kira di NU ini yang diharapkan adalah Yahya Staquf karena enggak ada lagi sekarang siapa yang diharapkan, tokoh muslim Indonesia pada level dunia dalam melanjutkan perjuangan Gus Dur dulu di Israel, Amerika mengampanyekan perdamaian dunia,” ungkap Zainul.

Menurut Zainul, model perdamaian global ala NU yang ditawarkan Gus Yahya akan mudah diterima oleh dunia. Pertama, dilihat dari segi spirit dan nilai-nilai yang jadi fondasi model itu bersifat universal yakni berbasis pada nilai Islam yang “rahmatan lil ‘alamin”.

Kedua, sosok Gus Yahya sendiri yang memiliki reputasi tidak hanya tingkat nasional tapi internasional dalam mengadvokasi perdamaian dunia.

Meski pada implementasinya tidak mudah dan butuh kesepakatan bersama dunia internasional, namun upaya yang dilakukan oleh Gus Yahya telah mendapatkan apresiasi pemimpin global.

“Yang itu kemudian ternyata diakui juga oleh elite di Amerika, itu implementasi dari Rahmatan Lil Alamin yang luar biasa menurut saya,” ucapnya.

Zainul berpendapat dewasa ini gagasan Gus Yahya banyak didengar oleh mayoritas kalangan anak muda muslim di Indonesia, terutama generasi muda Nahdliyyin, meskipun kurang mendapat tempat bagi kelompok konservatif.

“Kalau kelompok-kelompok konservatif ya enggak mau dengar Yahya Staquf, tetapi saya melihat komunitas anak-anak muslim dan anak-anak muda Nahdliyyin ya mereka mau mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Yahya Staquf,” kata Zainul.

Menurut Zainul, Gus Yahya melanjutkan perjuangan almarhum Gus Dur.

Dia berharap ketokohan Gus Yahya di Indonesia dapat memberikan kontribusi yang nyata pada level dunia.

Zainul merasa ini melanjutkan perjuangan Gus Dur dulu di Israel, Amerika dan lain-lain mengampanyekan perdamaian dunia.

“Saya kira di NU ini yang diharapkan adalah ketokohan Yahya Staquf sebagai tokoh muslim Indonesia yang memiliki kapasitas dan dapat berperan dalam perdamaian dunia,” ucap Zainul.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler