jpnn.com, JAKARTA - Berikut profil Ahmad Basarah, politikus kawakan dari PDI Perjuangan yang kini menjadi salah satu wakil ketua MPR periode 2019-2024.
Mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini menjadi anggota DPR sejak periode 2004-2009. Basarah maju dari Daerah Pemilihan Jawa Timur V.
BACA JUGA: Profil Arsul Sani: Mantan Aktivis HMI, Belajar Politik dari Ayah
Sosok kelahiran Jakarta, 16 Juni 1968 itu kembali lolos di Senayan untuk masa bhakti 2009-2014 dan menjadi anggota Komisi I yang membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
Ayah satu anak itu lolos lagi menjadi wakil rakyat lewat Pemilu 2014 dan dipercaya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Fraksi MPR RI mewakili partainya.
BACA JUGA: Profil Fadel Muhammad: Mahasiswa Teladan, Guru Besar, Gubernur, Menteri, Wakil Ketua MPR
Pada 26 Maret 2018, Basarah diangkat menjadi Wakil Ketua MPR RI berdasarkan revisi Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3).
Politikus berusia 51 tahun itu yang kembali terpilih sebagai wakil rakyat untuk masa bhakti 2019-2024.
BACA JUGA: Slip Gaji Bupati Banjarnegara Viral di Medsos, Semoga Pak Jokowi Tahu
Basarah pernah menjabat Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia, organisasi sayap PDI Perjuangan pada 2007-2012.
Ahmad Basarah tamat dari SD Rawa Terate 01, kemudian SMP Negeri 68 Cakung, dan SMA Negeri 36 Rawamangun, Jakarta.
Suami dari Iva Noviera itu melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP), Lenteng Agung, Jakarta dari tahun 1988-1992.
Ahmad Basarah juga memperdalam ilmu politik di FISIP Universitas 17 Agustus (Untag), Jakarta, dari tahun 1992-1995.
Ahmad Basarah sempat meneruskan pendidikan pascasarjana di FISIP Universitas Indonesia (UI) tahun 1998-1999 dan Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta pada 2007-2009.
Gelar doktornya diraih di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan disertasi tentang Pancasila yang membuatnya kemudian dijuluki "Doktor Pancasila".
Sejak kuliah, Basarah sudah terlibat dalam pergerakan mahasiswa, dan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Presidium GMNI pada tahun 1996 yang membuatnya terlibat langsung gerakan reformasi.
Pengalaman organisasinya juga diperkuat berbagai pendidikan nonformal yang dijalaninya, seperti Kursus Guru Kader Angkatan I PDI Perjuangan, Kursus Kader Jurnalistik Presidium GMNI, Kursus Kader Pancasila Presidium GMNI, Kursus Kader Pendalaman Pancasila, dan Kursus Kader Marhaenis. (Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo