Program CSA Bantu Petani di NTT Lebih Produktif

Rabu, 08 Juni 2022 – 19:27 WIB
Sosialisasi CSA Strategic Irrigation Modernization And Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) bertempat di Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) KM 2.4, Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, NTT. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, NAGEKEO - Program Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) yang diinisiasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan diyakini mampu meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.

Termasuk di antaranya meningkatan pendapatan petani pada lahan sawah beririgasi menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Menghabiskan Malam Terakhir di NTT Bersama Slank dan Kla Project

Itu pula yang dilakukan para pemangku kepentingan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Belum lama ini, mereka menggelar sosialisasi CSA Strategic Irrigation Modernization And Urgent Rehabilitation Project (SIMURP), bertempat di Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) KM 2.4, Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Jumat (27/5).

Camat Aesesa Yakobus Laga Kota mengatakan bahwa kegiatan tersebut memberikan peneguhan kepada masyarakat untuk membangun sikap disiplin dalam mengolah lahan pertanian mereka.

BACA JUGA: Kecelakaan di Jalan MH Thamrin, HRS Luka-Luka, Mohon Doanya

"Melalui sosialisasi kemarin juga diharapkan mengefektifkan waktu kerja secara baik dan fokus pada pekerjaan pertanian yang mereka geluti sehingga produktivitas meningkat dan hasilnya baik," ujar Yakobus melalui keterangan tertulisnya, Rabu (8/6).

Kepala Bidang (Kabid) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Hironimus Paga mengungkapkan bahwa SIMURP atau program rehabilitasi saluran irigasi pertanian merupakan program pemerintah pusat yang diturunkan untuk mempercepat perbaikannya irigasi di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di Kabupaten Nagekeo.

BACA JUGA: Polisi Tangkap Orang Ini, yang Kenal Pasti Enggak Bisa Tidur

Pada 2022, pemerintah memprioritaskan pada sepuluh provinsi di Indonesia, termasuk provinsi NTT.

"Kabupaten Nagekeo menjadi satu-satunya kabupaten di NTT yang mendapatkan anggaran SIMURP. Ini harus dimanfaatkan dengan maksimal karena SIMURP adalah program utama Kementan yang harus didukung semua pemerintah pusat dan daerah," katanya.

Adapun CSA merupakan pendekatan yang mentrasformasikan dan mengorientasikan ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan.

Terobosan ini sesuai permintaan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar pertanian melaksanakan inovasi.

“Saya mendorong berbagai inovasi dan teknologi seperti Climate Smart Agriculture atau CSA untuk menghadapi perubahan iklim," kata Mentan.

Menteri SYL -sapaannya- menerangkan kalau CSA sangat penting unuk menghadapi perubahan iklim ekstrem dan memicu serangan hama penyakit tanaman di berbagi wilayah.

“Climate Smart Agriculture (CSA) dapat menyelamatkan produksi pertanian kita,” ujarnya.

Apalagi dengan adanya dampak perubahan iklim yang saat ini semakin ekstrem, seperti cuaca yang tidak menentu akibat kekeringan, hujan dengan curah tinggi serta terus menerus yang mengakibatkan banjir, ledakan hama dan penyakit bisa menyebabkan gagal panen.

"Krisis iklim juga menyebabkan perubahan pola musim hujan dan kemarau yang semakin tidak menentu dapat mempengaruhi kegiatan budidaya tanaman serta produktivitas pertanian turun, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas, produksi dan mutu hasil pertanian," kata Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyatakan perubahan iklim menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair, sehingga permukaan air laut meningkat.

Alhasil, air dari laut masuk ke daratan, padahal lahan pertanian ada lebih dari 70 persen berada di pesisir.

“Bisa kita bayangkan jika lahan pertanian bercampur, dengan air laut semua tanaman akan mati dan ini mengganggu sistem produksi kita,” tuturnya.

Akibat perubahan iklim ekstrem, terjadi serangan hama penyakit tanaman di mana-mana dan sehingga menyebabkan sistem produksi di sentra pangan dunia terganggu.

“Akhirnya negara-negara produsen melakukan retriksi sehingga negara-negara produsen tidak melakukan ekspor, khawatir Covid-19 tidak berhenti sehingga menyebabkan ketersediaan pangan di pasar nasional menurun,” ucap Dedi. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Curiga dengan Aktivitas 20 Remaja di Indekos, 3 Orang Diamankan, Lihat Tuh


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
NTT   petani   SDM   pertanian  

Terpopuler