Program KB Wajib Direvitalisasi

Minggu, 13 Juli 2008 – 12:07 WIB
JAKARTA - Program Keluarga Berencana (KB) selama lima tahun terakhir dinilai gagalKekhawatiran terjadinya ledakan penduduk (baby boom) ke-2 muncul  kembali

BACA JUGA: Jaksa Bakal Diawasi Intel

Untuk itulah, mekanisme program KB perlu direvitalisasi.
  Data WHO menunjukkan saat ini jumlah penduduk Indonesia menempati posisi ke-4 dunia setelah China, India dan Amerika Serikat
Dengan pertumbuhan penduduk mencapai 4,7 juta tiap tahun, Indonesia menyamai jumlah penduduk Singapura saat ini

BACA JUGA: JK Janji Tak Abaikan Saran DPP


  Direktur Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sri Pamoejo Rahardjo menerangkan, kegagalan pelayanan Program KB dapat dilihat dari hilangnya simbol-simbol KB di masyarakat
Di sisi lain, program-program baru di masyarakat juga mengurangi perhatian masyarakat terhadap Program KB

BACA JUGA: Presiden Hadiri Puncak Hari Koperasi

”KB tidak populer lagi di mata masyarakat,” kata Sri di Jakarta (12/7).
  Padahal, kata Sri, persoalan penduduk merupakan persoalan yang sangat penting dan erat kaitannya dengan pembangunan secara keseluruhan"Dengan kondisi dan situasi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan, bervariasinya suku bangsa, etnis dan agama, maka diperlukan langkah tepat untuk menanganinya," tuturnya.
  Sri memprediksi, penurunan minat ber-KB akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan pendudukApabila jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 sebanyak 179,4 juta, meningkat pada tahun 2000 menjadi 206,3 juta, maka diperkirakan tahun 2020 sebanyak 261juta jiwa dan tahun 2025 menjadi 273,2 juta
  Dia menuturkan menghilangnya komitmen negara untuk mengendalikan jumlah penduduk, bukan hanya keterbatasan anggaran namun juga karena pergeseran paradigma program KB dari pendekatan demografi ke pendekatan kesehatan reproduksi"Diperlukan peran swasta dan LSM untuk lebih memasyarakatkan kembali Program KB," sarannya.
   Kepala BKKBN Sugiri Syarief mengakui dalam lima tahun terakhir capaian program KB cenderung stagnanProgram yang berjalan sejak tahun 1970 itu belum memperlihatkan dampak bermakna terhadap penurunan pertumbuhan penduduk
  Dalam lima tahun terakhir, pertambahan akseptor KB di Indonesia rata-rata hanya 0,8%Sampai saat ini, total akseptor KB baru 61% dari seluruh pasangan usia subur yang jumlahnya sekitar 49 juta orangHal itu, kata Sugiri, disebabkan keterbatasan anggaran yang selama ini dikucurkan pemerintah.
  "Tahun 2008 kita dapat anggaran Rp1,6 trilliunPadahal, kebutuhan anggaran kita sekitar Rp4 triliunDengan anggaran yang bagus kita dapat menggerakkan program ini dengan lebih baik," tuturnya
  Oleh karena itu, Sugiri melanjutkan, mulai tahun ini BKKBN berusaha memperbaiki kondisi kependudukan dengan membangkitkan kembali gaung program KB pada masa lalu dengan prioritas sasaran penduduk kurang mampuDiantaranya dengan memberikan pelayanan kontrasepsi gratis kepada masyarakat miskin melalui Puskesmas dan klinik KB"Ada juga program untuk meningkatkan partisipasi pria dalam ber-KB," terangnya(bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Panwas Sulsel Dilantik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler