Program Menkes Baru, Kejar Ketertinggalan Pencapaian MDG"s

Selasa, 28 Oktober 2014 – 07:11 WIB
Menteri Kesehatan, Nila Djuwita Anfasa Moeloek. Foto: Ricardo/JPNN.com

UNTUK Keempat kali secara beruntun, kursi Menteri Kesehatan (Menkes) diisi tokoh perempuan. Paling gres Presiden Joko Widodo mengangkat Nila Djuwita Anfasa Moeloek. Dokter spesialis mata itu tercatat sebagai Menkes ke-20.
 
Nila menjelaskan program kerja yang segera dia kebut adalah menuntaskan tanggungan program Millenium Development Goals (MDG"s). Kebetulan setelah sempat dikabarkan menjadi Menkes di era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II tetapi batal, dokter spesialis mata itu ditunjuk menjadi utusan khusus Presiden di MDG"s.
 
Program MDG"s yang dipesankan Presiden Joko Widodo kepadanya adalah menkan angka kematian ibu. Selain itu Jokowi juga nitip urusan kependudukan yang tetap diberikan kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
 
Nila juga menuturkan urusan kemiskinan harus ditekan sebab terkait erat dengan urusan kesehatan. Istri dari mantan Menkes Faried Anfasa Moeloek itu itu menjelaskan, salah satu kegiatan penting lainnya di program MDG"s adalah menekan angka kemiskinan tadi.
 
Harapan terhadap kinerja Nila juga disampaikan oleh dosen dan praktisi kesehatan Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam. Dia menuturkan sosok Nila diharapkan tepat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam mengejar capaian MDG"s.
 
Menurut pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam itu, diantara capaian MDG"s yang harus dikejar adalah menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, menurunkan angka kesakitan HIV AIDS, malaria, TBC, dan kasus infeksi lainnya.
 
"Diantara ranking terburuk Indonesia antara lain peningkatan kasus HIV AIDS tercepat di negara-negara Asia Tenggara," paparnya. Ari Syam juga menuturkan, Indonesia harus mengurangi kontribusinya sebagai salah satu penyumbang terbesar kasus TBC di dunia.
 
Ari Syam juga menjelaskan Menkes baru tetap harus fokus pada pengendalian perokok. Dia menjelaskan hasil riset kesehatan dasar periode 2010 menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen masyarakat Indonesia adalah perokok. "Rokok menjadi penyebab terbesar penyakit tidak menular," tandasnya. (wan)

BACA JUGA: Retno Marsudi, Tengah Malam Bertemu Jokowi

BACA ARTIKEL LAINNYA... MUI Belum Sepakat Soal Donor ASI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler