jpnn.com - SALAH satu dari delapan Menteri Perempuan Kabinet Kerja yang patut diperhitungkan adalah Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi. Mantan Dubes RI untuk Belanda itu adalah Menlu perempuan pertama di Indonesia.
Nama Retno memang belum begitu populer di tanah air. Namun, yang bersangkutan ternyata memiliki jejak karir yang mengesankan di lingkungan diplomat.
BACA JUGA: PKB Juga Cari Sekjen dan Ketua Fraksi
Perempuan 51 tahun itu merupakan dubes karir termuda dalam sejarah Indonesia. Dia juga menjadi lulusan termuda Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) tahun 1985.
Berkat prestasi akademik yang cemerlang, istri Agus Marsudi tersebut telah direkrut oleh Kemenlu, bahkan sebelum yang bersangkutan lulus dari bangku kuliah. Selain itu, Retno juga menjadi bagian dari Tim Pencari Fakta (TPF) kasus meninggalnya aktivis HAM Munir.
BACA JUGA: Cari Pengganti Tjahjo dan Puan, PDIP Rapat Pekan Ini
Dia juga pernah menjadi utusan khusus Presiden untuk masalah Aceh pada 2004 dan Moratorium Utang pada 2005.
Sederet pengalaman dan prestasi yang mengesankan itu membuat yang bersangkutan dilirik Presiden Jokowi untuk mengisi salah satu jabatan menteri dalam Kabinet Kerja. Tidak seperti kebanyakan calon menteri yang dihubungi pada detik-detik terakhir, Retno telah dikontak bahkan sebelum pelantikan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla pada 20 Oktober lalu.
BACA JUGA: MUI Belum Sepakat Soal Donor ASI
"Jadi yang terjadi pada hari Sabtu (18/10) pukul enam waktu Denhaag (Belanda), saya dapat telepon dari Pak Andi (Andi Widjajanto), diminta untuk bertemu dengan Pak Jokowi segera," kenangnya.
Malam itu juga, Retno pun berusaha mendapatkan tiket pulang ke Indonesia. Akhirnya, dia berhasil mendapat tiket pada Minggu (19/10) sore. Perempuan asal Semarang itu baru tiba di Jakarta, hari Senin (20/10) siang.
Namun, tentu saja dia tidak bisa langsung menemui Jokowi. Karena yang bersangkutan tengah mengikuti acara pelantikan Presiden diikuti dengan sejumlah agenda kegiatan lainnya.
"Pukul 17.15 WIB, mas Andi menelepon dan saya diminta malam itu juga ketemu dengan Bapak Presiden. Jadi saya ketemu dengan Pak Presiden, Senin tengah malam," urai Mantan Dubes RI untuk Norwegia dan Islandia itu saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Minggu (26/10).
Meski dipastikan menjadi kandidat menteri, Retno masih disibukkan dengan pekerjannya sebagai Dubes RI untuk Belanda. Sepekan sebelum dilantik, dia masih bekerja dari rumah.
"Kita sambil kerja, karena posisi saya masih sebagai Dubes Indonesia untuk Belanda. Jadi dari rumah, saya masih melakukan pekerjaan sebagai dubes,"katanya.
Retno menuturkan, dirinya tidak pernah mengira bakal terpilih dalam jajaran kabinet Jokowi. Namun, dia mengikuti upaya Jokowi dalam mencari menteri yang memiliki rekam jejak bersih, dengan cara meminta rekomendasi dari KPK dan PPATK.
"Beliau kan berusaha mencari tahu track record masing-masing calon menteri yang dikendaki,"katanya.
Alumnus program master dari Haagschee Hooge School Den Haag itu menguraikan dirinya akan menjaga dan menjalankan amanah yang diberikan oleh Presiden Jokowi. Bagi Retno, menjadi menteri adalah perintah untuk mengabdi.
"Saya selalu berusaha bekerja dengan hati apalagi Presiden Jokowi katakan kerja, kerja, kerja untuk rakyat," urainya.
Menyoal arah kinerja Kemenlu ke depan, Retno mengungkapkan bahwa dirinya akan berpedoman pada arahan yang telah disampaikan Jokowi dalam sidang kabinet perdana, kemarin. Dia menyatakan akan berupaya menyesuaikan dengan visi dan misi Presiden Jokowi.
"Presiden sudah memberikan guidance kepada kita, program kerja pemerintah. Jadi visi, misi Presiden jelas, trisakti. Jadi kita berdaulat pada politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian secara budaya. Di situ kan masing-masing sudah jelas, nah tinggal tiga pilar itu tarik dan apa yang bisa kita kontribusikan dari sisi hubungan luar negeri," tutupnya. (Ken)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PR Menag Incumbent, Tindak Penyelenggara Haji Nakal
Redaktur : Tim Redaksi