jpnn.com, JAYAPURA - PT Freeport Indonesia bekerja sama dengan beberapa mitra menjalankan Program Pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PPUMKM) untuk mendorong komersialisasi buah pinang di Papua.
Hal ini mengingat pinang merupakan budaya sekaligus tradisi dari generasi ke generasi dan saat ini sudah menjadi gaya hidup Papua.
BACA JUGA: Mama-Mama Papua Itu Hanya Ingin Bersalaman dengan Jokowi
Penanggung jawab program PPUMKM PTFI Ronny Yawan mengatakan, masyarakat Papua gemar mengunyah pinang karena dipercaya bisa menguatkan gigi, maupun gusi dan berbagai manfaat lainnya.
Di samping itu, kebutuhan akan buah pinang terus meningkat, bahkan memberikan kesempatan ekonomi tersendiri bagi sebagian penduduk asli Papua.
“Dengan tingginya kebutuhan akan buah pinang, penjual pinang pun bertebaran di Papua. Selama ini para mama-mama penjual pinang menjadi pemandangan yang sangat umum dijumpai di berbagai kota di Papua. Para mama menjajakan pinang dagangannya secara tradisional di berbagai tempat mulai dari di pasar, di emperan toko, di trotoar pusat keramaian hingga di depan pom bensin. Berjualan pinang menjadi tanda geliat ekonomi lokal sekaligus tanda budaya makan pinang yang terus dipertahankan di tanah Papua,” kata Ronny di Jakarta.
Di Timika, lanjutnya, para mama penjual pinang menjual paket buah pinang beserta kapur dan batang sirih seharga Rp 10 ribu per plastik.
Biasanya berisi sepuluh hingga 15 buah. Umumnya paket pinang tersebut bagi masyarakat asli Papua habis dalam sekali konsumsi.
Oleh karena itu, sambung Ronny, pihaknya mendorong aktivitas ekonomi sekaligus mendukung pelestarian budaya itu dengan nama program Pondok Pinang.
Program ini diluncurkan pada 28 Agustus dengan menggandeng 50 mama penjual buah pinang.
Program Pondok Pinang ini membantu para mama penjual pinang di Timika dengan ilmu-ilmu dasar dasar ekonomi dan pemasaran serta bantuan permodalan.
Selain itu, para mama penjual pinang yang biasanya menggelar dagangannya di lantai dibantu dengan pondok untuk berjualan pinang.
Program ini dilakukan dengan harapan mampu meningkatkan kompetensi dan daya saing yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan keluarga dan kontribusi perempuan dalam pembangunan ekonomi.
“Dalam program Pondok Pinang ini Freeport menggandeng Bank BRI kantor cabang Timika dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika” terang Ronny.
Ronny menjelaskan, bentuk kontribusi yang diberikan oleh PTFI melalui program ini di antaranya adalah layanan distribusi pinang, pemasok yang dibentuk dalam program ini bertanggung jawab untuk mendistribusikan buah Pinang kepada seluruh peserta program.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya transportasi dan memangkas biaya-biaya produksi yang tidak perlu sehingga pendapatan menjadi meningkat.
Pemasok dilengkapi dengan alat transportasi guna mempermudah proses distribusi pinang.
“Freeport memberikan layanan pendampingan, pembinaan dan pelatihan bagi para peserta program Pondok Pinang. Untuk meningkatkan usaha peserta program pinang, peserta program pondok pinang juga diberikan fasilitas kredit modal kerja sesuai kebutuhan. Selain itu tentunya untuk memudahkan berjualan, para peserta program dibantu tempat berjualan yang dinamakan Pondok Pinang,” terang Ronny Yawan.
Salah satu mama penjual pinang Agustina M Yoku dengan semangat menceritakan bahwa dia dan teman-temannya mereasa terbantu dengan program ini.
Dia mengaku akhirnya mengetahui cara menjual pinang agar lebih menguntungkan dan mendapatkan kemudahan modal dan pasokan pinang.
“Saya suka sekali dengan pondok pinang yang diberikan ke saya untuk berjualan ini,” kata Agustina. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga