jpnn.com - Mama-mama Papua Barat memang tinggal di daerah terpencil. Namun, kondisi itulah yang membuat mereka menjadi mama hebat dan bisa memberdayakan dirinya sendiri.
Mesya Mohamad-Raja Ampat
BACA JUGA: Viral Vlog Jokowi dan Turis Efektif Pikat Wisman Mau ke Bali
WAKTU baru menunjukkan pukul 07.00 WIT. Namun mama-mama dari pulau-pulau terpencil sudah kumpul di pantai Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.
Mereka tampil cantik dengan kebaya warna-warni. Ada yang datang hanya membawa undangan. Ada pula yang lengkap dengan makanan minuman di kantong kresek.
BACA JUGA: Mayoritas Publik Merasa Aman di Era Presiden Jokowi
Hari itu, 22 Desember menjadi moment penting bagi mama-mama Papua. Bak akan bertemu raja, mama-mama ini tampil maksimal. Mereka punya keinginan sederhana: bersalaman dengan Jokowi, presiden RI ketujuh.
Seperti yang diutarakan Mama Aqidah (55) dan Mama Verolina (24). Keduanya bersama delapan temannya mewakili distrik Kota Waisai untuk menghadiri Puncak Hari Ibu (PHI) ke-89 di Raja Ampat.
BACA JUGA: Menhub Dinilai Berhasil Berhasil Wujudkan Keinginan Presiden
Bagi mereka ini perayaan spesial. Biasanya, Hari Ibu hanya dirayakan bersama ibu camat. Kali ini dirayakan bersama presiden dan ibu negara.
"Setiap peringatan Hari Ibu dan Hari Kartini wajib pakai kebaya. Cuma kali ini agak berbeda, dandannya agak lama karena mau ketemu presiden," ujar Mama Aqidah tersenyum.
Mama Aqidah dan Mama Verolina tidak pernah bermimpi bertemu presiden. Keduanya pun bangga bisa mewakili distriknya untuk berjumpa presiden.
"Kami cuma ingin salaman dengan presiden dan ibu negara. Lihat presiden hanya di televisi," ujar Mama Verolina malu-malu.
Sama halnya dengan Mama Yakoba (30) dan Mama Soleka (34). Kedua mama ini bersama 36 temannya jauh-jauh turun dari Pulau Sain dan Wayak, Distrik Waigeo Barat Daratan untuk bertemu presiden. Mereka bahkan menyiapkan seruling tambur untuk menyambut Jokowi.
Menurut Mama Soleka, seruling tambur adalah musik khas Papua Barat untuk menyambut tamu istimewa. Agar makin sempurna, mereka menggunakan cawa, pakaian adat Papua.
"Raja kami ada empat. Kalau raja datang diiring seruling tambur. Presiden Jokowi seperti raja jadi kami menyambutnya dengan seruling tambur juga," jelas Mama Soleka.
Bukan hal mudah bagi Mama Soleka, Mama Yakoba serta teman-temannya turun dari pulau ke daratan.
Untuk sampai ke Kota Waisai, mereka harus menempuh perjalananan lebih dari empat jam lewat jalur laut.
"Dibanding distrik lainnya, pulau kami yang paling jauh. Harus pakai minyak 400 liter pulang pergi. Biaya bahan bakarnya Rp 1,5 juta," terangnya.
Walaupun Pulau Sain dan Wayak adalah wilayah terjauh dari Raja Ampat, daerah tersebut sudah dialiri jaringan listrik dan telekomunikasi. Mama-mama ini bahkan sudah menggunakan android.
Mereka juga sudah terbiasa menggunakan video call untuk berkomunikasi.
"Eh torang (kami) itu walaupun di wilayah terpencil tapi tidak susah. Mau cari makan dan biaya anak sekolah cukup jualan pinang dan sagu. Kalau suami jadi nelayan saja," tutur Mama Soleka.
Ada kebiasaan unik mama-mama di Pulau Sain dan Wayak. Kala menanti suaminya pulang dari melaut, mereka duduk di tepi pantai sambil meniup seruling, bernada romantis. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Bagikan 10.350 Sertifikat Tanah di Jateng
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad