Program Posyandu Anak Sekolah di Timika Tingkatkan Kepedulian Kualitas Kesehatan

Sabtu, 06 Mei 2017 – 02:13 WIB
Maria Rafra seorang dokter lulusan Universitas Hasanuddin, Makasar, memilih mengabdikan ilmunya di Puskesmas Wania, Kampung Kamoro Jaya. Dia adalah salah satu kader cilik pertama yang merasakan manfaat dari keberadaan PPAS. Foto IST

jpnn.com, TIMIKA - Keberadaan posyandu anak sekolah yang ada di Timika sangat membantu kelas V SD bisa menyelamatkan keluarga dan masyarakat di lingkungannya.

Program Posyandu Anak Sekolah (PPAS) adalah program promosi kesehatan berbasis masyarakat di Sekolah Dasar di Timika.

BACA JUGA: Penerimaan Bea Keluar Tembus Rp 1,2 Triliun

Program Posyandu Anak Sekolah (PPAS) berdiri pada 1999, dengan melibatkan kemitraan Freeport Indonesia, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, dan PKK Kabupaten Timika.

Kemitraan ini dimotori oleh Freeport Indonesia, yang melihat fakta rendahnya kesadaran masyarakat untuk cek kesehatan, serta tingginya angka penderita penyakit yang umumnya bisa disembuhkan di Posyandu asal rajin cek ke fasilitas kesehatan.

BACA JUGA: GP Ansor: Jangan Ada Pihak Cari Keuntungan di Perundingan Freeport

"Berawal dari pemikiran bahwa anak kecil dapat menyelamatkan ibu dan adiknya yang masih balita, jika diberikan pengetahuan dasar tentang penyakit-penyakit utama yang sering menyerang masyarakat, serta pengetahuan tentang gizi dan hidup sehat," ujar Philippus Maybubun Guru Kelas V SD Inpres Timika 1, yang telah menjadi Kepala Sekolah SD Inpres Pomako.

Program inovatif ini berupa kurikulum pengajaran kesehatan dasar (Posyandu, informasi penyakit, cara penularan dan pencegahnnya) kepada anak kelas V SD melalui muatan lokal pendidikan jasmani dan kesehatan.

BACA JUGA: Pelni Operasikan Rumah Kita di Timika

Dengan metode yang menyenangkan melalui gambar, sandiwara, lagu, survey mini, serta permainan, anak-anak SD mudah menyerap informasi tersebut sehingga mampu menjadi ‘kader kesehatan cilik’ di dalam keluarga dan lingkungan rumahnya.

Secara rutin Freeport bekerjasama dengan Dinkes dan Dinas Dikbud menyelenggarakan cerdas cermat PPAS untuk menstimulan semangat dan pengetahuan siswa dalam belajar, dan mendorong partisipasi aktif dari sekolah untuk mengukir prestasi siswanya.

"Manfaat langsung yang dirasa oleh kader cilik ini, mereka menjadi paham hidup sehat untuk dirinya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya," kata Maybunbun.

Berkat kader-kader cilik ini, sambung dia, kualitas kesehatan masyarakat terutama ibu, bayi dan balita mulai meningkat karena mereka rajin periksa kesehatan di posyandu maupun fasilitas kesehatan terdekat. Dan yang paling utama adalah perubahan perilaku untuk hidup sehat.

“Banyak sisi positif dari PPAS ini, siswa menjadi percaya diri mengemukakan pendapat di depan orang lain serta adanya perubahan perilaku. Beberapa murid tadinya jarang ke sekolah, namun berubah menjadi rajin karena tanggung jawab mereka terhadap survey mini PPAS, dan perilaku hidup sehat sejak dini,” ungkap Maybubun.

Saat ini siswa sudah ada yang menjadi perawat, apoteker, mantri kesehatan bahkan dokter baik di Timika dan Jayapura.

Sementara, Maria Rafra seorang dokter lulusan Universitas Hasanuddin, Makasar, memilih mengabdikan ilmunya di Puskesmas Wania, Kampung Kamoro Jaya. Dia adalah salah satu kader cilik pertama yang merasakan manfaat dari keberadaan PPAS.(chi/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keputusan Freeport Harus Pertimbangkan Kerja Sama Investasi


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler