jpnn.com, JOGJA - PT Propan Raya memiliki kepedulian tinggi terhadap kemajuan arsitektur di Indonesia.
Mereka membuktikannya dengan menggelar Indonesia Architecture Creative Forum (IACF) 2018 di Hotel Sahid Jaya, Yogyakarta, 15-19 Oktober.
BACA JUGA: Getol Berinovasi, PT Propan Sabet Penghargaan Bergengsi
IACF merupakan rangkaian acara Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2018 yang diselenggarakan oleh Indonesia Creative Cities Network (ICCN) pada 15-19 Oktober.
ICCF kali ini merupakan gelaran yang keempat setelah Solo pada 2015, Malang (2016), dan Makassar (2017).
BACA JUGA: Mural Bikin Youth Park Denpasar Makin Cantik
ICCF diselenggarakan setiap tahun oleh ICCN yang saat ini beranggotakan 160 kota dan kabupaten kreatif se-Indonesia.
Festival ini selalu dihadiri komunitas, pegiat kota, pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah daerah untuk mengikuti perkembangan kota kreatif di Indonesia yang terhubung dengan jejaring kota kreatif dunia.
BACA JUGA: Malang Punya Destinasi Kampung Kramat, Dijamin Menyenangkan
Pada tahun ini, tema yang diusung ICCF ialah Holopis Kutha Baris. Tema itu memiliki arti sebuah undangan kota-kota berjejaring dan bersinergi untuk mewujudkan hal besar bersama yaitu Indonesia yang kaya dengan karya.
Ketua Panitia IACF 2018 Yuwono Imanto menjelaskan, tema itu diambil untuk mengobarkan semangat para arsitek muda di tanah air guna mengibarkan arsitektur Indonesia baik di kancah nasional maupun internasional.
“Kami ingin menularkan semangat kepada arsitek-arsitek muda Indonesia untuk terus menjaga, melestarikan, dan mengkinikan arsitektur nusantara,” kata direktur PT Propan Raya itu.
Dewan Pengarah ICCN itu berharap para arsitek Indonesia mengangkat nilai-nilai budaya nusantara dalam setiap karya.
“Tujuan kami menjadikan arsitek sebagai profesi, bukan cuma gelar," ucap pria yang juga dikenal sebagai inisiator Arsitektur Nusantara itu.
Dia menjelaskan, pihaknya menghadirkan narasumber terbaik di tanah air yang ahil dalam bidang masing-masing.
“Kami yakin ada banyak ilmu dan manfaat yang bisa didapat dari mereka. Misalnya, bagaimana meyakinkan diri terjun menjadi seorang arsitek, membangun biro arsitek sendiri, bagaimana agar karya Anda sebagai para arsitek dikenal orang, serta bagaimana menjadi arsitek yang profesional,” ucap Yuwono.
Helen Agustine sebagai narasumber termuda berbagi pengalaman menjadi seorang arsitek dan membuka biro.
“Sebenarnya menjadi seorang arsitek itu tidak susah dan tidak perlu modal yang besar. Apalagi, di era milenial seperti sekarang ini yang sangat melimpah dengan media sosial. Yang penting kita tahu siasatnya, tools yang harus dipersiapkan sebagai start up architect, cara membangun branding, lalu mengelola networking-nya,” kata Helena.
Sementara itu, Andra Matin sebagai arsitek yang sudah melanglang buana dengan karya luar biasa menjadi bintang utama dalam acara IACF.
Tak hanya mengulas proyek-proyek pribadi dan swasta, dia juga menjelaskan proyek di pemerintahan.
“Jika dibandingkan dengan proyek pribadi atau swasta, pastinya proyek pemerintah cenderung banyak tantangannya. Hal ini disebabkan proyek pemerintah sangat ketat dan terbatas dalam pendanaan, waktu, dan memiliki standar tertentu,” ujar Andra. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Propan Raya Dukung Total Lebaran Komunitas Grafiti
Redaktur : Tim Redaksi