Proposal Gas Masela Pola LNG Terapung Dinilai Beresiko Tinggi

Rabu, 07 Oktober 2015 – 13:23 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Proposal yang diajukan oleh InPex dan Shell agar pemerintah menyetujui pengembangan proyek Lapangan Gas Abadi Masela dengan pola LNG terapung di Maluku jelas tidak adil karena seolah-olah tidak ada pilihan yang lebih baik.

Padahal menurut anggota Tim Forum Tujuh Tiga (Fortuga) ITB, Al Hilal Hamdi, selain berbiaya tinggi, pola LNG terapung menghadapi dua resiko yakni kestabilan operasi karena goyangan kapal dan keselamatan operasi disebabkan peralatan yang berdekatan satu sama lain.

BACA JUGA: CEO Kamadjaja Logistics jadi Pembicara di Forum Internasional

"Kami mempelajari proposal tersebut lebih kepada pemaksaan terhadap Pemerintah RI untuk mengeksekusi pengembangan proyek Lapangan Gas Abadi Masela dengan pola LNG Terapung. Usulan ini jelas tidak fair, seolah-olah tak ada pilihan yang lebih baik," kata Al Hilal Hamdi, saat konferensi pers, di dampingi antara lain mantan CEO Chevron Indonesia Suwito Anggoro dan mantan Dirut LNG Bontang Fathor Rahman, di Jakarta.

Dia akui, proyek pencairan gas alam Masela Terapung dengan kapasitas 7,5 juta ton per tahun akan menjadi yang pertama di dunia. Namun, proyek ini sangat tinggi resikonya. "Jadi, Indonesia hanya menjadi kelinci percobaan. Sedangkan berapapun besarnya investasi yang ditanam akan dibayar selama puluhan tahun oleh anak cucu kita melalui skema cost recovery," ujar Hamdi.

BACA JUGA: Hati-hati! 9 Bandara Ini Perlu Diwaspadai

Oleh karena itu lanjut Menakertrans era Presiden Abdurrahman Wahid ini, didorong oleh keprihatinan mendalam dan didasarkan pada pengetahuan, pengalaman serta keahlian di bidang energi dan pengembangan masyarakat, maka Tim Fortuga  ITB mengusulkan pilihan terbaik pembangunan proyek pencarian gas alam abadi Masela harus di darat.

"Kami sudah melakukan berbagai penelitian, kajian dan perhitungan ulang dengan membandingkan beberapa proyek pengembangan migas di darat dan laut dalam seperti di Gulf of Mexico, North Sea, Afrika, Eropa (Medgaz Pipeline), Rusia - Turki (pipa gas Laut Hitam), Australia dan untuk Indonesia yang ideal adalah pencairan gas alam Abadi Masela harus di darat," ungkapnya.

BACA JUGA: Baguslah...Rupiah Menguat, Pasar Saham Ikut Menghijau

Dia membeberkan beberapa fakta dan kesimpulan perhitungan dan catatan penting yang mendukung kesimpulan Tim Fortuga ITB terhadap kajian konsultan yang tak pernah dipublikasikan, bahwa pembangunan jalur pipa laut ke darat melalui palung Selaru-Tanimbar secara teknis dan kontruksi adalah aman dan layak.

"Biaya investasi (CAPEX) proyek LNG Abadi Masela di darat sebesar USD 16 miliar, sedang bila dibangun bangun terapung akan mencapai USD 22 miliar," tegasnya.

Demikian juga tentang total kandungan dalam negeri (TKDN). kalau LNG Terapung maksimal 10 persen atau USD 2,2 miliar. Sementara bila dipilih LNG darat, dari hasil pengalaman di Indonesia membangun, menurut Hamdi TKDN-nya mencapai 35 persen atau USD 5,6 miliar. "Manfaat TKDN ini akan langsung dirasakan oleh warga Maluku maupun pihak Indonesia lainnya," jelas Hamdi.

Di samping itu, lanjut dia, pembangunan LNG Terapung Abadi Masela hanya menghasilkan penjualan USD 4 miliar per tahun. Jika dibangun di darat, selain hasil USD 4 miliar, juga akan diperoleh tambahan penjualan USD 5 miliar per tahun dari proses gas menjadi industri petrokimia.

Bahkan menurut Hamdi, biaya operasi (Opex) per tahun LNG darat sebesar USD 2 miliar. "Jauh lebih rendah dibanding LNG terapung senilai USD 7 miliar," jelasnya.

Selain itu, kata Hamdi, pilihan LNG darat akan menampung pengembangan lapangan-lapangan Migas baru yang bertebaran mulai dari Aru, Tanibar sampai Celah Timor. Hingga wilayah Maluku bisa menjadi sentra baru industri gas dan petrokimia Timur.

"Pembangunan LNG darat akan membuka peluang bangkitnya ekonomi, sosial, kewilayahan dan pembangunan ketahanan nasional di Indonesia Timur (Maluku-NTT), seperti maritim, kelistrikan, pertanian, lapangan kerja, pariwisata, ekonomi kreatif dan UKM serta tumbuhnya kota-kota seperti Balikpapan Baru," kata Al Hilal Hamdi. (fas/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Menguat karena Jor-joran Paket Kebijakan, O ya?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler