Proses Pembibitan Atlet harus Diubah Sesegera Mngkin

Minggu, 27 Agustus 2017 – 03:52 WIB
Kemenpora, Foto Ilustrasi. dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kemenpora sangat prihatin dengan kondisi pembibitan atlet di Tanah Air.

Pasalnya, dari jumlah masyarakat yang mencapai 257 juta, Indonesia gagal menciptakan atlet-atlet handal dalam jumlah banyak.

BACA JUGA: Kemenpora Sambangi Kediaman Almarhum Ilham Maulana Paskibra Asal Pontianak

Karenanya proses pembibitan atlet harus diubah sesegera mungkin.

“Cara pembibitan yang kita lakukan saat ini, kurang tepat. Indonesia terlambat menyiapkan bibit atlet sejak dini, sementara negara-negara lain di dunia sudah melakukannya,” hal demikian dikatakan Plt Deputi IV Kemenpora, Yuni Poerwanti, Jumat (25/8) pagi, di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta.

BACA JUGA: Diduga Ada Kecurangan Lain Lagi Terhadap Tim Indonesia di SEA Games

Dijelaskan, perlunya pembibitan dilakukan sejak dini dengan mengedepankan peran keluarga, organisasi masyarakat, berbagai kegiatan olahraga seperti Gerakan Keluarga Berolahraga (Gelora).

“Dengan cara seperti ini, diharapkan mampu mendongkrak penduduk berusia 10 tahun ke atas untuk mau berolahraga, jumlahnya naik menjadi 35 persen pada 2019. Sekarang ini, angka masih berada di kisaran 25 persen.”

BACA JUGA: Menpora Minta Timnas Tahan Emosi Saat Lawan Malaysia

Yuni Poerwanti yang beberapa minggu lalu lulus dengan predikat sangat memuaskan pada Diklatpim LAN Angkatan XXXV, mengibaratkan proses pencarian bibit atlet sama dengan menanam padi di sawah.

“Selama ini, kita hanya memilih atlet ketika mereka sudah menginjak remaja. Padahal seharusnya, para pencari bakat sudah memilih atlet sejak usia dini. Selanjutnya bibit atlet berbakat tersebut ditangani secara maksimal.”

Mungkin, selama 10 tahun ke depan, Indonesia belum bisa berbuat apa-apa, karena mereka masih dalam penggemblengan.

“Tapi nanti, tahun 2025, ketika negara-negara lain kehabisan bibit, Indonesia justru lagi banjir-banjirnya atlet. Kalau perlu kita ‘menjual’ atlet,” tukasnya.

Yuni bahkan mempunyai ide yang agak ‘radikal’, yakni mengawinkan para atlet berprestasi. Diharapkan jika para juara menikah, akan diperoleh bibit atlet yang tangguh di mada depan.

“Itu pemikiran radikal saya. Tapi sebaiknya pencarian bibit atlet dimulai dari keluarga. Karena dari keluarga lah, kita bisa menemukan bibit atlet handal,” sergahnya.

Dia juga mengusulkan perlu adanya sinkronisasi dan pelibatan di luar Kemenpora dalam menyiapkan bibit atlet andal, misalnya peran serta Kemendikbud, Kemenag, BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, serta kementerian dan lembaga negara lainnya.

“Sementara itu untuk penyiapan atlet paska 2024, diperlukan berbagai upaya, di antaranya menyiapkan calon atlet dengan identifikasi potensi dan bakart melalui program pengembangan usia dini di kabupaten/kota. Termasuk penguatan program olahraga sejak di Sekolah Dasar,” tandasnya Yuni Poerwanti. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menpora Launching Senam Pita Kesorga di Pinrang


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler