Dua mobil sedan kini menyesakkan garasi "mini" milik Rani (bukan nama sebenarnya). Satu mobil Toyota Yaris yang baru dia beli sekitar empat bulan lalu dibiarkan teronggok keluar bibir garasi. Sementara di dalam garasi bertengger Honda Jazz silver terbungkus cover. Perempuan yang baru saja milad ke-24 tahun pada bulan lalu (5/11) itu, tinggal sendiri di rumah bertingkat dua dengan tipe 45 di bilangan Baranangsiang, Bogor Timur.
Kala Radar Bogor bertandang belum lama ini, Rani mengaku tinggal sendiri di rumah mewah itu. Hanya dua kali dalam sebulan Rani disinggahi suami temporarinya. Suami sirinya itu merupakan pejabat eselon dua di salah satu Direktorat Jenderal Pertanian. Sudah dua tahun mereka menjalani hubungan rahasia ini. Selama itu, Rani hidup berkecukupan.
Nama Rani memang agak harum di sejumlah grouping caddy girls di wilayah Bogor. Dia dianggap caddy girl yang sanggup membangun hidupnya dalam waktu cepat. Bahkan kini Rani sudah tak perlu berpanas-panasan lagi di padang golf. Karena ia telah menjadi karyawan di salah satu bank pelat merah. Dan Rani pun mengakui itu.
“Saya kira itu merupakan perjuangan hidup. Sekarang ya sekarang. Kemarin ya kemarin,” ujar perempuan dengan jenjang kaki menawan itu.
Setahun lalu, Rani mengisahkan, ia merupakan salah satu caddy di padang golf sekitaran Ciawi. Bermodal paras menawan plus badan yang elok, dengan mudah Rani menjadi bagian dari 300-an caddy yang ada di padang golf tersebut. Menurut Rani, sistem kerja caddy tak ubahnya dengan sales promotion girl (SPG). Itu karena mereka berpenghasilan dengan honor. Di luar itu, pengelola pun tak memberikan apa-apa lagi.
“Makanya kita bergantung pada uang tip yang diberikan pemain. Besarannya relatif. Paling kecil seratus (ribu, red) sampai sejuta (Rp),” bebernya. Honor yang diterima Rani saat menjadi caddy hanya Rp75 ribu per flight (permainan). Maksimal flight yang didapat seorang caddy hanya dua. Maka itu, tak jarang dari mereka yang tidak mendapatkan tamu seharian. Selain mendapat pembagian jam kerja, caddy juga dibagi kelasnya; caddy VIP dan caddy biasa.
Bagi caddy VIP, mereka hanya menunggu panggilan dari pelanggan tetapnya. Sementara yang biasa, mereka mesti mengantre untuk mendapatkan sebuah flight. Maka tak jarang, caddy dari kelas biasa datang sedari subuh untuk mendapatkan nomor antrean pertama.
Tahun lalu, sejumlah caddy milik padang golf di sekitaran Ciawi-Sukabumi ramai berunjukrasa. Mereka menolak honor Rp35 ribu per flight. Untungnya tak lama pengelola padang golf tersebut menaikan honornya menjadi Rp50 ribu.
“Biasanya, sehari maksimal 40 flight. Sedangkan caddy nya dibagi pergrup. Tak jarang ada juga yang tak kebagian tamu. Apalagi kalau weekday (hari biasa,red),” papar perempuan pemilik tas Hermes itu. Melihat realita tersebut, sudah barang tentu seorang caddy membutuhkan uang tip untuk tambahan “membeli bedak”-nya.
Di sinilah muara persoalannya. Memang tak semua caddy girls bertabiat nakal. Tapi tak sedikit juga dari mereka yang berlaku lebih menggoda agar mendapatkan tip.
Godaan itu bisa berawal dari celotehan nakal kala pegolf mulai memainkan stiknya. Semisal saat pukulan si pemain meleset masuk hole (lubang). Biasanya, sambung Rani, si caddy menggodanya dengan kalimat, “Aduh paak… pukulannya lemah syahwat…”. Ada lagi kalimat menggoda saat pukulan pemain tinggal sedikit lagi masuk hole,“Aduh pak.. tinggal didorong dikiit aja lagi, gak jadi anak dehh….”.
Rani mengklaim, kalimat-kalimat nakal itu sudah jamak dilancarkan sejumlah oknum caddy girls di padang golf mana saja. Tujuannya tentu saja untuk menggaet berahi para pemainnya.
Bagi pegolf berhidung belang, godaan itu sangatlah nyaman. Namun tak jarang juga ada pegolf yang risih. Rani mengaku sering melancarkan godaan-godaan itu. Jika godaan bersambut, biasanya pegolf nakal menyahutnya dengan colekan genit. Digoda 3-4 jam, pegolf nakal tidak hanya bakal memberikan uang tip Rp300 ribu-Rp1 juta. Tapi ajakan lain menuju ranjang. Dan itu memang tujuannya. Karena si oknum caddy itu akan mendapatkan uang jauh lebih besar dari tip.
“Bisa sejuta setengah (Rp1,5 juta) sampai dua juta. Karena biasanya kami tidak melayani short time. Dan si tamu pun mesti menunggu kami beres kerja,” ungkap sulung dari tiga bersaudara itu. Tidak setiap hari semua caddy mau memberikan servis plus-plus. Biasanya, sambung Rani, si caddy nakal hanya mau dibawa ke hotel dua-sampai tiga kali dalam sepekan.
Sejatinya, transaksi seks yang kerap dilancarkan caddy nakal itu diketahui pengelola padang golf. Tapi mereka tak berbuat banyak. Si pengelola padang golf justru me-manage-nya dengan menempatkan seorang caddy master (ketua kelompok caddy). Via caddy master-lah, para pegolf bisa memesan caddy nakal. “Kalau pemainnya sudah member dan terbiasa dengan beberapa caddy, biasanya caddy master yang akan menyiapkan pertemuan mereka. Terserah itu jatah caddy-nya sedang libur atau tidak.”
Bahkan menurut Rani, ada salah satu padang golf kenamaan di Bogor yang sengaja merekrut perempuan nakal untuk menjadi caddy. “Saya tidak mau sebut namanya. Tapi padang golf itu kenamaan di Bogor,” cetusnya.
Jika sudah seperti itu, apa bedanya padang golf dengan arena prostitusi yang paling aman. Karena siapa yang bisa menggerebek praktik mesum ini" Rani pun geleng-geleng ketika ditanya soal itu. Hanya saja, Rani memiliki disclaimer. Dia menyatakan, si caddy tak akan berbuat macam-macam bilamana pengelola golf memberikan penghasilan yang layak. Pasalnya, pekerjaannya itu merupakan ujung tombak dari sebuah kepuasan pelayanan pelanggan.
Titik puncak seorang caddy nakal adalah seperti perjalanan hidup Rani. Dia berhasil menggaet pejabat yang kemudian mempekerjakannya di luar padang golf. Meski pun ganjarannya yakni menjadi istri siri. Dalam dua tahun, Rani yang hanya seorang anak dari ayah seorang pemilik warung kelontong di sebuah kelurahan di Kecamatan Bogor Barat ini, ternyata berhasil membalikkan keadaan.
“Untung-untungan masih ada pejabat yang mau menikahi saya meski siri. Tapi caddy-caddy lainnya kan belum tentu bisa seperti ini. Sampai kapan mereka mesti mendapatkan cap miring dari masyarakat,” tukasnya.
Pernyataan Rani itu mendapatkan dukungan dari seorang caddy girls lainnya. Seperti yang diungkapkan DR (20), caddy girl asal padang golf di sekitaran Gadog. Selain penghasilan yang layak, seorang caddy juga memerlukan jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja. “Pernah ada caddy yang mendapat kecelakaan saat kerja. Saat itu, mobil golf yang dia tumpangi terguling. Tapi dia tak mendapatkan biaya perawatan dari pengelola golf,” bebernya.
DR membantah jika semua caddy itu nakal. Tapi untuk tidak menjadi nakal, caddy hanya berpenghasilan tak lebih dari Rp1,3 juta per bulan. Jauh dari Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) Bogor 2013 yang mencapai Rp2.002.000. “Kalau dia jujur dan alim, pendapatannya bisa jauh lebih kecil dari buruh garmen. Tolong yang ini dicermati. Jangan melihat kami dari sisi negatifnya saja,” tandasnya dengan nada tinggi.
Operating Padang Golf Sentul Haigland GC, Norman, tak mau membahas soal caddy nakal itu. Dia hanya mau menerangkan bahwa honor caddy memang sudah termasuk dengan tarif bermain golf. “Tarif yang kami tetapkan sudah termasuk pajak, caddy, dan kendaraan golf,” terangnya. (gar/sdk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (3-Habis)
Redaktur : Tim Redaksi