Protes Meluas, Jaksa Mesir Banding

Setelah Mubarak Divonis Hukuman Seumur Hidup

Senin, 04 Juni 2012 – 10:01 WIB

KAIRO – Amarah warga Mesir tak terbendung setelah vonis penjara seumur hidup yang dijatuhkan pada mantan Presiden Hosni Mubarak dalam persidangan di kompleks akademi polisi di luar Kota Kairo, Sabtu lalu (2/6). Aksi protes masal pun meluas.

Selain di Kairo, unjuk rasa untuk menolak vonis atas Mubarak itu berlangsung di sejumlah kota lainnya di Mesir. Bahkan, ada seruan untuk melakukan demonstrasi besar-besaran pada hari ini (4/6).

Ribuan massa membanjiri Lapangan Tahrir, Kairo, pusat aksi perlawanan dan revolusi rakyat yang melengserkan Mubarak pada 11 Februari tahun lalu, dan sejumlah kota lainnya untuk menuntut hukuman mati bagi sang tiran. Mereka menilai vonis seumur hidup atas Mubarak maupun pembebasan sejumlah petinggi polisi dari tuntutan mati menjadi bukti bahwa rezim lama masih berkuasa. Mereka pun khawatir Mubarak akan dibebaskan di tingkat banding.

Aksi ribuan warga yang menyesaki jalan ibu kota Mesir terus berlanjut kemarin pagi (3/6). Bahkan, ratusan orang masih bertahan di Lapangan Tahrir sejak sore dan malam sebelumnya. Dalam demonstrasi di seantero Mesir pasca-vonis atas Mubarak tersebut, aparat keamanan melaporkan bahwa lebih dari 100 orang terluka.   

"Vonis (terhadap Mubarak) itu sama sekali tidak adil," lontar Amr Magdy, seorang demonstran. "Lapangan Tahrir kembali akan terus dipenuhi massa. Di Mesir, satu-satunya jalan untuk mendapatkan keadilan adalah dengan berunjuk rasa. Sebab, semua institusi saat ini masih dikuasai oleh kroni Mubarak," tambahnya.

Di tengah demonstran di Lapangan Tahrir itu, hadir pula calon presiden dari Ikhwanul Muslimin Mohammed Mursi. Pria yang lolos ke pemilihan presiden (pilpres) putaran kedua bersama Ahmed Shafiq itu pun menyerukan supaya revolusi diteruskan. "Jaminan terbaik untuk mencapai cita-cita kita adalah melanjutkan revolusi," seru Mursi di depan demonstran pada Sabtu malam.

Mursi pun berjanji bahwa jika dirinya menang dalam pilpres lanjutan bulan ini, pemerintahnya akan kembali mengadili Mubarak dan sejumlah mantan pejabatnya yang terlibat pembunuhan demonstran. Saat sidang Sabtu lalu, enam pejabat polisi dibebaskan dari dakwaan pembunuhan atas demonstran. Dua putra Mubarak, Gamal dan Alaa, juga dibebaskan dari dakwaan korupsi. Sedangkan mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Habib Al Adly divonis bui seumur hidup sebagaimana Mubarak.

Menyikapi protes masal itu, Kejaksaan Mesir kemarin menyatakan bahwa mereka akan mengajukan banding atas vonis terhadap Mubarak dan Adly maupun pembebasan dua putranya serta enam pejabat polisi. "Jaksa negara telah diperintahkan untuk mulai melakukan proses banding," kata sumber di Kejaksaan Mesir.

Selain itu, kantor berita MENA melaporkan bahwa jaksa juga telah mengeluarkan perintah cekal atau larangan bepergian ke luar negeri bagi enam komandan polisi yang dibebaskan pengadilan. Penantian panjang terkait vonis atas Mubarak membuat aktivis prodemokrasi khawatir. Apalagi, perkembangan terakhir menunjukkan bahwa arah politik Mesir mundur ke era puluhan tahun lalu.

Sebagian kelompok pemuda liberal dan revolusioner kiri yang memulai perlawanan rakyat tahun lalu kecewa ketika capres mereka kalah dalam pilpres putaran pertama lalu. Padahal, pilpres itu diharapkan sebagai langkah terakhir untuk memastikan mulusnya transisi kekuasaan dari tangan militer ke sipil. Pilpres putaran kedua pada 16-17 Juni nanti akan diikuti mantan Perdana Menteri (PM) Ahmed Shafiq, yang dikenal bergaya ala Mubarak, dan Mohammed Mursi.

Puluhan pemuda menyerang markas tim sukses Shafiq di Fayoum, selatan Kairo, Sabtu malam lalu. Serangan itu merupakan kali kedua dalam beberapa hari terakhir. Dalam rekaman video yang diunggah di situs Al-Ahra, terlihat bahwa para pemuda merusak dan dan membakar foto serta poster Shafiq. "Rakyat Fayoum menyatakan bahwa Ahmed Shafiq adalah jejak era Mubarak," seru sebagian pemuda.

Kandidat sayap kiri yang gagal lolos ke pilpres putaran kedua, Hamdeen Sahaby, juga bergabung dengan ribuan demonstran di Lapangan Tahrir pada Sabtu malam lalu.
"Kami masih tidak percaya bahwa Shafiq atau Mursi yang akan menjadi presiden," seru Ahmed Abdulla, 21, seorang supoter sepak bola yang ambil bagian dalam demonstrasi.

Unjuk rasa dan protes juga berlangsung di kota-kota lain, termasuk Alexandria dan Suez. Di Lapangan Tahrir, massa berlutut untuk berdoa. Mereka membungkus tubuh dengan bendera Mesir dan mengibarkan poster ukuran raksasa.

"Kami berencana untuk mengajak dan menyerukan agar rakyat Mesir turun ke jalan pada Senin lusa (hari ini), Rabu dan demonstrasi besar-besaran pada Jumat nanti," tutur Omar Abdelkader, seorang aktivis. Kemarin (S"abtu lalu, Red) rakyat Mesir turun ke jalan seperti di awal revolusi. Saya yakin revolusi akan kembali berlanjut setelah ini," tambah Omar. (AFP/AP/RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diadili, Sebar Penyakit Lewat Suntikan Bekas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler