Protes Pembatasan Sosial, Pemilik Gym Nekat Buka Tempat Usaha

Selasa, 05 Januari 2021 – 23:11 WIB
Wanita yang sedang melakukan fitness. Foto: Ilustrasi/bit-center

jpnn.com, SEOUL - Total korban jiwa akibat COVID-19 di Korea Selatan melampaui angka 1.000 jiwa. Namun, di tengah situasi itu, para pemilik pusat kebugaran alias gym mengancam akan kembali membuka usahanya sebagai bentuk protes terhadap aturan pembatasan sosial ketat yang ditetapkan oleh pemerintah.

Otoritas di Korea Selatan memberlakukan aturan pembatasan ketat secara bertahap demi mengendalikan gelombang baru penularan COVID-19. Pemerintah Korsel sebelumnya melakukan tes dan pelacakan pasien yang agresif demi mencegah adanya karantina wilayah.

BACA JUGA: Malaysia Kembali Perpanjang Pembatasan Sosial Skala Nasional

Badan Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular Korsel (KDCA) melaporkan tambahan korban jiwa sebanyak 28 orang dan 715 kasus positif baru sehingga total pasien positif mencapai 64.979 orang dan 1.007 di antaranya meninggal dunia.

Presiden Korsel Moon Jae-in saat memimpin rapat kabinet mengatakan tujuan utama negara adalah keluar dari “lorong panjang virus corona”. Ia mengatakan kasus harian telah melewati puncaknya berkat aktivitas masyarakat di Korsel.

BACA JUGA: Kondisi Korea Selatan Makin Mengkhawatikan, Pembatasan Sosial Sudah Tidak Mempan

“Tahun ini, kita akan mengatasi COVID-19 dan akan kembali menjalani kehidupan keseharian yang telah lama kita tinggalkan,” kata presiden.

Selama beberapa minggu, pusat kebugaran merupakan satu dari beberapa tempat usaha yang dipaksa tutup oleh pemerintah. Namun, sanggar balet dan taekwondo tetap diizinkan buka dengan kapasitas orang yang terbatas.

BACA JUGA: Kasus COVID-19 Terendah di Uni Eropa, Irlandia Kok Terapkan Pembatasan Sosial Lagi?

Menurut Kim Jae-kang, pemilik usaha gim, kebijakan itu tidak adil dan berdampak pada bisnis kebugaran yang biasanya mendapat pendapatan dari pendaftaran anggota baru.

Kim Jae-kang mengatakan ia berencana membuka sanggar pilates dan gim miliknya yang berlokasi di Seoul. Namun, rencananya itu terancam kena sanksi denda sampai tiga juta won (sekitar Rp38,3 juta).

“Untuk industri kebugaran, Januari adalah saat terbaik untuk menarik banyak anggota, mereka yang memutuskan untuk lebih banyak berolahraga mulai awal tahun baru,” kata Kim.

Sementara itu, Kepala Asosiasi Pemilik Usaha Kebugaran Korsel, Oh Sung-young, mengatakan protokol kesehatan seperti menjaga jarak dapat diterapkan lebih baik di gim daripada di restoran.

“Mereka yang datang berolah raga lebih peduli dengan kesehatannya, jadi mereka tidak pernah melepas masker,” kata Oh.

Oh mengatakan ia dan 300 pemilik usaha kebugaran berencana membuka kembali gym. Sementara pelaku usaha lainnya membuka tempat berolah raga secara diam-diam.

Pemerintah mengatakan pihaknya berusaha mencegah adanya penutupan wilayah, yang akan berdampak pada tutupnya restoran serta tempat usaha lainnya. Tempat usaha itu dinilai tetap harus buka dengan sejumlah pembatasan demi mengurangi dampak pandemi terhadap ekonomi.

Sejumlah pejabat pemerintah menyalahkan para pelaku usaha yang menganggap ringan protokol kesehatan padahal kepatuhan terhadap aturan tersebut dapat mengendalikan gelombang baru penularan COVID-19.

Direktur KDCA Jeong Eun-kyeong pada Senin mengatakan pihaknya mengetahui adanya standar ganda pada larangan pembukaan gim. Namun, keputusan itu dibuat setelah menganalisis risiko dan kemungkinan warga akan melepas masker di beberapa tempat tertentu, kata Jeong. Menurut dia, banyak warga yang kemungkinan akan membuka masker saat di tempat gim.

Ia mengatakan otoritas setempat masih membahas sejumlah perbaikan pada panduan dan aturan pembatasan sehingga kebijakan pemerintah itu dapat berlangsung lebih lama. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler