Proyek Food Estate di Kalteng Terancam Gagal? Moeldoko Berkata Begini

Jumat, 23 Desember 2022 – 09:21 WIB
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. Foto: KSP.

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menepis anggapan proyek lumbung pangan (food estate) di Kalimantan Tengah sebagai solusi untuk ketahanan pangan nasional terancam gagal.

Moeldoko menyebut proyek food estate tersebut memang berada dalam kondisi alam yang tidak mudah lantaran masalah tata ruang air dan kondisi tanah.

BACA JUGA: Pastikan Harga Pangan Stabil Saat Nataru, Ganjar Terus Gencarkan Operasi Pasar

Kawasan lumbung pangan, khususnya padi itu berada di kawasan yang datar sehingga tidak mudah mengelola airnya.

"Karena sungai yang besar itu selalu membuat kondisi naik turun. Sudah kami perbaiki haranya, tanahnya, tahu-tahu datang lagi air menggenang lagi," ucap Moeldoko di Jakarta, Kamis (22/12).

BACA JUGA: Elektabilitas Ridwan Kamil Teratas sebagai Cawapres, Sandiaga Uno dan AHY?

Mantan Panglima TNI itu menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah masih memperbaiki tata air di kawasan food estate.

Oleh karena itu, dia menyebut proyek lumbung pangan tersebut belum bisa dikatakan gagal, maupun berhasil.

BACA JUGA: Irwan Demokrat Menilai Rancangan Permenhub Ini Mengancam Koperasi TKBM

"Kami masih dalam proses memperbaiki manajemen airnya. Belum buru-buru dikatakan berhasil atau gagal karena itu masih dalam proses," tegasnya.

Moeldoko menambahkan bahwa produksi padi masih terus digenjot karena kondisi manajemen air yang tidak mudah.

Sebelumnya, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan Noor menyebut program lumbung pangan di Kalteng perlu dilanjutkan untuk mencapai ketahanan pangan nasional di masa mendatang.

Yadi mengatakan program tersebut penting sebagai pengganti penyusutan dan konversi lahan pertanian di pulau Jawa.

Dia mengakui program lumbung pangan di Kalimantan Tengah masih membutuhkan perbaikan dalam pelaksanaannya, seperti tata ruang air dan kondisi tanah.

"Sebagian masih dirapikan, termasuk irigasi. PH tanah juga masih asam, perlu pengapuran. Namun, ada juga yang sudah bagus dan bisa ditanami dengan hasil baik," ujar dia.

Selain itu, petani juga masih harus terus didorong untuk mengubah kebiasaan ritme tanam padi dari yang hanya satu kali setahun menjadi dua sampai tiga kali tiap tahunnya.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler