jpnn.com, JAKARTA - Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mencatatkan angka perdagangan yang tinggi dengan Tiongkok selama massa pandemi virus corona yang masih berlangsung. Kini ASEAN telah menjadi rekan dagang terbesar negara itu melampaui Uni Eropa (EU).
"Pandemi COVID-19 tidak menghalangi kedua belah pihak untuk mempererat relasi bisnis," demikian dinyatakan Duta Besar Tiongkok untuk ASEAN Deng Xijun dalam Jakarta Forum, yang digelar secara virtual oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat (29/5).
BACA JUGA: Sebaiknya Tiongkok dan India Selesaikan Konflik di Pangong Lake dengan Kepala Dingin
"Ada 6,1 persen pertumbuhan dalam perdagangan ASEAN-Tiongkok, termasuk di kuarter pertama tahun ini sebesar USD 140 miliar, menempatkan ASEAN sebagai rekan dagang terbesar Tiongkok untuk pertama kalinya," kata Deng, merujuk laporan badan Bea Cukai Tiongkok.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa kerja sama Tiongkok dengan negara-negara ASEAN dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI) juga terus mengalami kemajuan. Di antaranya, proyek jalur kereta Tiongkok-Laos, kereta cepat Jakarta-Bandung, jalur kereta pesisir timur Malaysia, dan proyek petrokimia Heng Yi di Brunei.
BACA JUGA: Tiongkok Mulai Buka Pintu untuk Maskapai Asing, Tetapi Pesawat Amerika Masih Dilarang
"Sebagai bagian kunci dari kerja sama melawan pandemi, jalinan relasi ekonomi yang lebih kuat antara Tiongkok dengan ASEAN telah mampu menstabilkan ekonomi serta melindungi sektor industri dan rantai pasok di kawasan," ujar Deng menambahkan.
Di sisi lain, Dino Patti Djalal, pendiri FPCI, menyatakan keraguannya atas klaim bahwa kegiatan ekonomi perdagangan ASEAN dengan Tiongkok akan terus tumbuh dan bertahan pada masa pandemi.
BACA JUGA: Kecam Amerika, Politikus Uighur Beberkan Keberhasilan Program Tiongkok di Xinjiang
"Saya mewaspadai karena itu catatan di kuarter pertama, namun di kuarter kedua akan jauh lebih rendah, seiring pertumbuhan ekonomi kuarter kedua di Indonesia sendiri sangat rendah. Begitu juga dengan Singapura, Malaysia, Filipina, dan lainnya," ujar Dino dalam acara yang sama.
Menurut dia, salah satu persoalan ekonomi yang harus diantisipasi di tengah wabah ini, salah satunya, adalah kehilangan pekerjaan massal yang akan berujung pada pengangguran dan pertambahan angka kemiskinan.
"Bagaimana ASEAN menangani pandemi di kawasan dengan memperhatikan aspek ekonomi serta bagaimana Tiongkok dapat menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi masa depan negara ASEAN menjadi sangat penting," kata Dino. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil