jpnn.com, BONDOWOSO - Para pemuda Desa Ampelan, Bondowoso, Jatim menyayangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di desanya.
Keberadaan proyek itu saat ini sangat memprihatinkan. Proyek yang dibangun sekitar 2014 tersebut seakan tidak terurus.
BACA JUGA: PT INTI Kembali Menangkan Tender PLTS
Di Desa Ampelan, Wringin, ada dua titik PLTS yang dibangun pemerintah.
Yakni, di Dusun Bandusah dan Dusun Batu Putih. "Awalnya, dahulu, pembangkit listrik itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh dusun.
Namun, selama ini tidak seperti cita-cita awal," kata Munir, warga Dusun Krajan, Desa Ampelan, Wringin.
Dia menjelaskan, keprihatinan tersebut muncul saat para Komunitas Ampelan Bersaudara menyusuri kekayaan alam desa.
Saat itu, mereka menggali kekayaan alam dengan menjelajahi desa.
Di tengah perjalanan, mereka menemukan PLTS tersebut.
"Dari situ, saya melihat bahwa proyek yang dibangun dengan biaya ratusan juta rupiah itu tidak memiliki dampak yang diinginkan," ujarnya.
Menurut Munir, jika perencanaannya matang, seharusnya dampak proyek tersebut bisa menerangi warga dusun sekitar.
Sebab, posisi geografis dua dusun itu berada di dataran tinggi.
Saat ini, proyek ratusan juta tersebut hanya digunakan untuk menerangi dua rumah.
"Warga lain menggunakan lampu PLN, tapi nyalur dari bawah karena tidak ada jaringan menuju daerah tersebut," paparnya.
Penelusuran Jawa Pos, sekitar 2014 ada beberapa proyek PLTS yang dibangun pemerintah.
Misalnya, di Desa Ampelan, Wringin. Pembangunan itu rata-rata menghabiskan anggaran lebih dari Rp 200 juta per titik.
"Tujuannya dulu untuk menerangi rumah warga yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN," ujar Abdullah, salah seorang warga.
Sementara itu, Kepala Bagian Ekonomi Taufan Restuanto mengungkapkan, pemerintah memang pernah membuat proyek tersebut.
Namun, setelah jadi, pengelolaannya diserahkan kepada warga desa.
Dengan begitu, tarif, perawatan, dan pemanfaatan dikelola warga.
"Dan memang ada komponen yang harganya mahal jika rusak. Karena itu, saat ini kami arahkan ke listrik PLN," ujarnya.
Listrik itu, kata Taufan, berbeda dengan listrik energi baru terbarukan yang kini menjadi kajian kementerian ESDM yang rencananya ditaruh di Desa Bajuran, Cerme.
Di Bajuran, listrik itu akan dijual ke PLN dan justru bukan menjadi saingan PLN.
"Rencana tersebut masih dikaji. Dipilihnya Bondowoso karena ada tempat yang cocok untuk penyerapan energi matahari secara total," tuturnya.
Munir menambahkan, khusus PLTS di desanya, pihaknya merasa sangat prihatin. Sebab, proyek ratusan juta itu seakan mubazir. (hud/wah/c21/end/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia