Proyek Roboh, Saham Emiten Konstruksi Runtuh

Kamis, 22 Februari 2018 – 07:26 WIB
Ilustrasi IHSG. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Indeks saham sektor properti dan konstruksi turun 6,7 poin atau 1,23 persen ke level 538,22 dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (21/2).

Hal itu tidak lepas dari beberapa proyek yang mengalami masalah.

BACA JUGA: Bursa Overbought, Ini Prediksi Pergerakan IHSG Sepekan

Emiten-emiten besar yang mengalami penurunan harga saham, antara lain, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Hanya saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang berhasil naik meski tipis.

BACA JUGA: Dua Bocah Tewas Tenggelam di Galian Proyek Tol

Dua emiten tersebut termasuk minim dalam catatan proyek ambruk.

Harga saham WSKT kemarin turun 110 poin atau 3,61 persen ke harga Rp 2.940 per unit.

BACA JUGA: BEI Awasi Saham Bank Harda dan Bank Ganesha

Penurunan tersebut melanjutkan tren pada hari sebelumnya (20/2), tepatnya setelah tol Bekasi–Cawang–Kampung Melayu (Becakayu) ambruk dan menimbulkan tujuh korban luka berat.

Direktur Utama WSKT M. Choliq mengatakan, perseroan akan sedikit terganggu dengan penghentian sementara pengerjaan proyek berupa jalan layang (elevated).

”Saya tidak ingat porsi yang elevated, tapi yang pasti dampaknya tidak akan besar,” ujar Choliq.

Di sisi lain, saham WIKA ditutup di zona merah dengan pengurangan 40 poin atau 2,03 persen ke level Rp 1.930 per unit.

Saham ADHI juga terkoreksi 60 poin atau 2,44 persen ke level Rp 2.400 per unit.

Direktur Utama ADHI Budi Harto mengatakan, perusahaan konstruksi besar saat ini berfokus pada evaluasi kualitas pengerjaan proyek.

Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi korban akibat proyek yang bermasalah.

ADHI menjadi salah satu emiten yang proyeknya sempat bermasalah.

Crane pengangkut beton proyek double-double track (DDT) yang dikerjakan ADHI bersama WIKA dan PT Hutama Karya di Matraman, Jakarta Timur, roboh pada 4 Februari 2018.

Kemudian, beton proyek light rail transit (LRT) di Jalan M.T. Haryono, Jakarta Timur, juga roboh pada 15 November 2017.

Menurut Budi, penghentian pengerjaan proyek jalan layang tidak akan mengganggu kinerja perseroan. Sebab, hal tersebut hanya sementara.

Selain itu, porsi proyek jalan layang yang dikerjakan ADHI hanya sekitar 45 persen dari total proyek sehingga tidak akan berpengaruh dominan pada arus kas dan laba perseroan.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, ada sentimen dari ambruknya proyek-proyek infrastruktur.

”Selain itu, bad news dimanfaatkan investor untuk ambil untung,” kata Alfred. (rin/c7/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawa IHSG Tembus Rekor, Dirut BEI Terima Award dari Iluni UI


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler