Proyek Sosial Membawa Berkah, Vania Sukses Mengembangkan 'heySTARTIC'

Sabtu, 04 Juni 2022 – 17:55 WIB
Rupanya proyek sosial dan edukasi pemberdayaan masyarakat terkait isu lingkungan mampu membawa berkah bagi Vania Santoso (31 tahun). Foto: BRI

jpnn.com, JAKARTA - Rupanya proyek sosial dan edukasi pemberdayaan masyarakat terkait isu lingkungan mampu membawa berkah bagi Vania Santoso (31 tahun).

Berawal dari kegiatan yang mampu memberikan manfaat pada sesama, Vania terus mengembangkan proyek tersebut menjadi berkelanjutan dan menghasilkan nilai ekonomi.

BACA JUGA: Salim Segaf Harap Momen Harkitnas 2022 Memperkuat Solidaritas Sosial

Tepatnya pada 2018, berdirilah “heySTARTIC” yang merupakan sebuah usaha yang menawarkan berbagai fashion yang unik dan ramah lingkungan.

Usaha tersebut didirikan Vania dan sang kakak yaitu Agnes Santoso.

BACA JUGA: Menyelisik Proyek Sosial Kerja Sama LNG Tangguh dan Pemkab Teluk Bintuni

“Secara legalnya berdiri tahun 2018 tetapi memang dari sebelumnya kita aktif edukasi pemberdayaan masyarakat terkait isu lingkungan dan sifatnya lebih ke proyek sosial. Salah satu yang kita lihat itu bagaimana proyek sosial ini bisa berkelanjutan dari segi keuangannya, enggak pusing perlu cari sponsor dan lomba terus untuk bisa dapat pendanaan mengenai misi sosial yang dijalankan,” kata Vania di Jakarta, Sabtu (4/6).

Menurutnya, isu lingkungan makin diperhatikan oleh masyaraka, terbukti saat ini sudah marak bank sampah, dan aktivis-aktivis lainnya.

BACA JUGA: Mahasiswa RI di Melbourne Bikin Proyek Sosial Untuk Indonesia

Namun, salah satu kendalanya dalam pengelolan bank sampah, adalah ketika barang-barang sudah dikreasikan ternyata kurang mendapatkan respons yang positif dari masyarakat.

Dari situlah Vania dan sang kakak mencari cara supaya orang tertarik dan bangga saat menggunakan produk olahan dari daur ulang sampah, salah satunya lewat produk olahan daur ulang yang dibuat secara fashionable.

“Aku pernah mengalami ketika ikut konferensi kegiatan di luar negeri, itu produk-produknya diminati banget. Tetapi pas pulang ke Indonesia kok enggak ada yang mau beli. Jadi, dari situ akhirnya mulai eksperimen dan eksplorasi lagi bagaimana produk-produk hasil daur ulang bisa lebih fashionable dan tetap ramah lingkungan,” ujarnya.

Perempuan asal Surabaya itu mengungkapkan tak mudah membangun heySTARTIC.

Sebab, masih minimnya edukasi masyarakat terkait hasil produk daur ulang. Hal itulah yang menjadi tantangan baginya.

“Salah satu tantangannya edukasi, dalam artian untuk bisa meyakinkan hati konsumen meskipun ini hasil dari daur ulang tapi tetap kuat dan terlihat artistik. Karena memang tendensinya orang ketika beli tas KW aja yang penting ada mereknya, itu tanyangannya,” ujarnya.

Produk dari heySTARTIC memiliki desain yang unik dan dibuat dari karya daur ulang oleh para pengrajin berpengalaman.

Vania mengatakan selain dapat menambah variasi gaya, toko yang terletak di Jalan Jemursari 4 No. 5, Surabaya ini juga menawarkan beberapa varian produk yang terdiri dari tas, dompet, clutch, pouch, sandal dan kap lampu, alas meja, kursi, dan masih banyak lagi.

"Ada pioneer yang berasal dari program pemberdayaan masyarakat yang menjadi supervisor di lapangan. Jumlah Pioneer ada 11 orang yang membawahi 2-3 pengrajin. Untuk sistem penggajian sendiri, Vania tidak menggaji pioneer per bulan melainkan upahnya sesuai pesanan dan bagi hasil dari penjualan," bebernya.

Vania memilih produk fashion yang sering digunakan masyarakat seperti tas, dompet, dan sebagainya untuk berkampanye pada kelestarian lingkungan.

Untuk mendukung itu, produk produk eksklusif dari heySTARTIC juga ditawarkan dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu dimulai dari harga Rp 50 ribu - 1,2 juta.

Produknya juga tersedia di e-commerce Shopee dan Tokopedia, dan melalui media sosial seperti Instagram. Produk daur ulang heySTARTIC juga dijual secara offline di galeri-galeri toko oleh-oleh Surabaya.

"Kalau ada kombinasi dengan ornamen baru Rp 500 ribu ke atas, dan kalau ada kombinasi dengan kulit maka harganya bisa lebih tinggi lagi,” ucapnya.

Dia mengaku penjualan produk daur ulang tersebut bisa menghasilkan Rp 10 juta-Rp 15 juta per bulan.

Produk yang banyak dipesan adalah clutch untuk bawa new normal kit. Sebetulnya, usaha milik Vania ini juga terdampak pandemi covid-19. Pasalnya, pada awal pandemi yakni pada 2020 dan 2021, masyarakat dihimbau untuk dirumah saja, sehingga produk fashionnya tidak relevan.

Namun, hal tersebut tak mematahkan semangat Vania dan sang Kakak untuk terus berinovasi dan akhirnya heySTARTIC juga pernah berkolaborasi oleh BRI melalui UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER.

Tujuan kolaborasi tersebut untuk menghasilkan produk daur ulang yang two in one, artinya ada kombinasi antara bungkus kemasan digabungkan dengan bahan daur ulang kertas semen.

Vania sering mengikuti pelatihan dari BRI berupa webinar dan workshop, serta ikut program-program yang dicanangkan BRI.

"Sehingga banyak didukung pemasarannya, untuk bikin video profile dan dikirimkan tim khusus untuk liputannya. Pengaruhnya ikut pelatihan dan program BRI, dari segi penjualan sudah pasti. Kemudian nemu buyer-buyer baru dan juga nemu akses penjualan yang mudah lewat portal yang dibuat BRI,” ujar Vania.

Di sisi lain, heySTARTIC ternyata sudah banyak memiliki prestasi. Misalnya tahun 2021 heySTARTIC terpilih menjadi under 30 kategori social entrepreneurship philanthropy, UKM Juara dan UKM Indonesia.
Kemudian pada 2020, ada program pemberdayaan perempuan “Women Empowerment Principle award” menjadi pemenang di Indonesia dan menjadi Runner up di Asia Pasifik. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler