jpnn.com, TANGERANG - Sejumlah aktivis lingkungan Tangerang Selatan (Tangsel) yang mengatasnamakan OKP Ganespa menyegel proyek pembangunan Tol Serpong - Cinere (Sercin).
Aksi itu dilakukan karena tidak adanya sikap tegas dari Pemkot Tangsel terhadap kerusakan lingkungan Situ Sasak Tinggi (Pamulang) yang ditimbulkan pembangunan tol tersebut. Bahkan, pengajuan penghentian proyek yang diajukan para pencinta lingkungan telah ditolak.
BACA JUGA: Terkena Proyek Tol, Warga Tangsel Diresahkan Sertifikat Dobel
Koordinator Aktivis Lingkungan Hidup OKP Ganespa, Nurhafiz Fidon menyatakan penyegelan itu dilakukan untuk menghentikan kerusakan lebih besar pada Situ Sasak Tinggi akibat pembangunan jalan bebas hambatan tersebut. Mengingat, pembangunan itu sudah merusak daerah serapan air yang banyak digunakan warga untuk mencari ikan.
“Hari ini pembangunan proyek ini kami segel. Sudah kelima kalinya kami melakukan aksi demo ke Pemkot, tetapi tidak didengarkan. Jadi terhitung hari ini pembangunan ini harus di stop dan ini merupakan keinginan dari warga sekitar yang tidak ingin lingkungannya rusak,” tegas Fidon, Kamis (5/4).
Tak hanya penyegelan lokasi dan bangunan, lanjut Nurhafiz, OKP Ganespa juga mendesak PT Cinere Serpong Jaya (CSJ) selaku pengelola Tol Sercin menghentikan kegiatan pembangunan tol tersebut.
Permintaan resmi itu juga telah mereka kirimkan melalui surat yang diberikan ke pengembang jalan berbayar ini. Sebab, jika terus dipaksakan bekerja maka warga akan melakukan aksi menduduki lokasi dan mengeluarkan alat berat.
“Kami tidak ingin ada terjadi bentrok fisik, karena warga sudah resah dengan kegiatan tol ini. Sampai sekarang pun warga belum memberikan rekomendasi izin dalam pembangunan tol ini. Pasti mereka akan datang ke sini untuk menghentikan proyek karena dampaknya sudah terasa,” paparnya.
Nurhafiz pun mengaku, sangat menyayangkan sikap Pemkot Tangsel yang tidak mendukung masyarakat mengantisipasi kerusakan lingkungan situ.
Padahal, pemerintah daerah ini banyak mengetahui jika Situ Sasak Tinggi ini banyak dimanfaatkan warga untuk mencari ikan. Ditambah, mata pencarian warga sekitar merupakan petani sayur yang mengandalkan air dari situ itu.
Petinggi PT CSJ, Mohammad Irsan Setiabudi menyatakan jika aksi penyegelan yang dilakukan masyarakat dan aktivis lingkungan Tangsel terhadap bangunan mereka ini sangat dihargai.
Namun demikian, dirinya menolak jika disebut pembangunan tol ini merusak lingkungan dan tidak memiliki izin. Justru sebelum melaksanakan pembangunan tol Sercin itu, pihaknya telah melengkapi semua perizinan yang diperlukan. Mulai dari izin lingkungan yang diurus dari warga setempat hingga izin mendirikan bangunan (IMB) yang diserahkan ke Pemkot Tangsel.
“Semua ini sudah punya AMDAL dan sudah sesuai RT/RW Pemkot Tangsel. Kalau tidak pasti sudah dihentikan sama Pemkot. Kami tidak pernah mau berniat merusak lingkungan, justru sampai sekarang tidak ada satu pun kerusakan yang terjadi,” ucapnya.
Ditanya soal penyegelan bangunan ini, Irsan mengaku jika pembangunan tol Sercin akan tetap berjalan seperti semula alias tidak dihentikan. Hal itu didasari oleh legalitas yang dikantongi dan pengebutan penyelesaikan pembangunan dalam pengoperasian tol tersebut.
PT CSJ akan berkoordinasi dengan Kepolisian dan TNI untuk menghindari aksi anarkhis dari pihak manapun yang menolak pembangunan tol tersebut.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Tangsel, Rahmat Salam menuturkan jika Pemkot tak berhak menghentikan pembangunan jalan tol tersebut.
Alasannya, jalan bebas hambatan itu sangat diperlukan untuk memperlancar aktivitas masyarakat, serta mengurangi kemacetan.
Justru kata dia, dalam kajiannya pembangunan tol Sercin tersebut kerusakan lingkungan sangat dihindari.
“Ini untuk kepentingan umum, tetapi tetap ada kajian yang dilakukan oleh beberapa pihak terkait. Mungkin kalau tidak ada izin dan benar merusak aliran situ, pasti akan dihentikan oleh Pemkot. Harusnya ini yang ditelisik oleh aktivis lingkungan sebelum melakukan aksi demo,” tuturnya.(cok)
Redaktur & Reporter : Adil