Secara kumulatif atau year to date, sampai perdagangan kemarin IHSG sudah naik 13,52 persen dari posisi 3.704 pada akhir 2011. Pertumbuhan IHSG tahun lalu hanya 2 persen jika dibandingkan akhir 2010. Proyeksi pertumbuhan laba emiten 2012 rata-rata diprediksi naik 20 persen atau sekitar Rp 207 triliun. Tahun lalu, total laba yang diperoleh emiten mencapai Rp 173 triliun atau naik 38 persen dibandingkan 2010.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan rendahnya pertumbuhan laba emiten secara industri tahun ini karena faktor eksternal yang kurang mendukung. Hal itu berimbas kepada turunnya harga komoditas, terutama batu bara dan hasil perkebunan. "Tahun ini, emiten yang bergerak di sektor pertambangan dan perkebunan cenderung mengalami kesulitan," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/11).
Beruntung, emiten di sektor tertentu seperti konsumer, perbankan, dan properti yang mengandalkan pasar domestik bisa mencetak kinerja positif. Padahal, dalam beberapa tahun terakhir sektor pertambangan dan perkebunan lah yang menjadi penggerak utama emiten di bursa.
Ketua Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA) Hardijanto Saroso mengatakan sektor komoditas memang menyumbang kontribusi terbesar dalam penurunan pertumbuhan laba emiten BEI. "Penurunan komoditas lebar sekali," ucapnya.
Harga komoditas menurun hampir separo dari harga tahun lalu, terutama batu bara. Padahal, dua tahun terakhir merupakan booming bagi emas hitam itu. "Dua tahun terakhir seperti"puncaknya," imbuhnya. Dia menilai, ada tiga hal penting yang akan menjadi perhatian pada tahun depan. Pertama, berapa konsumsi dolar AS (USD) terhadap operasional internal, terutama dampaknya terhadap subsidi BBM.
"Kedua tentang situasi buruh. Kalau demo besar mengganggu terus, banyak sektor riil dan konsumer hengkang. Ketiga tentang listrik. Kebutuhan listrik erat kaitannya dengan batu bara," ulasnya. (gen/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Batasi Utang Luar Negeri
Redaktur : Tim Redaksi