Psikolog: Pak Jokowi, Jangan Suruh Anak-anak Belajar Terus

Minggu, 23 Juli 2017 – 17:51 WIB
Presiden Joko Widodo bersalaman dengan warga saat membagikan paket sembako Ramadan di Jakarta, Kamis (22/6). Foto: Setpres RI

jpnn.com, JAKARTA - Pesan Presiden Jokowi pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2017 untuk belajar dan belajar terus dikritisi psikolog forensik Reza Indragiri Amriel.

Menurut dia pesan tersebut terdengar klise? Survei yang dilakukan Indiana University, misalnya, menemukan bahwa dua dari tiga siswa merasa bosan dalam kegiatan belajar mereka.

BACA JUGA: Menko PMK Tekankan Pentingnya Ketahanan dan Pendidikan Keluarga di HAN 2017

"Adakah metode lain, bahkan kata lain (selain belajar!), yang bisa kita pakai dan lebih manjur agar anak-anak senang mencari pengetahuan baru? Bukankah selama ini masyarakat risau oleh tingginya beban belajar dan panjangnya jam belajar?," tanya Reza dalam pernyataan resminya, Minggu (23/7).

Beban dan waktu sedemikian berat menurut Reza, telah membuat anak-anak jenuh dan letih.

BACA JUGA: Jokowi Unjuk Kebolehan Bermain Sulap Saat Perayaan Hari Anak

Itu gilirannya memengaruhi kesiapan belajar dan kesehatan anak.

Kemudian kegiatan belajar yang berat itu, anak mengatasi kebosanan serta keletihan mereka lewat perilaku impulsif, perilaku agresif.
Termasuk merundung, berkelahi, dan serbaneka kenakalan yang Presiden Jokowi larang.

BACA JUGA: Duh, Tak Ada Satu pun Provinsi Bersih dari Kasus Pernikahan Dini

"Nah, ketimbang melulu memberikan wejangan tentang belajar, kita perlu lebih sering kasih nasehat tentang pemenuhan hak-hak anak lainnya. Misalnya, anak perlu lebih banyak bermain kreatif, salat lima waktu, minum susu, menabung agar bisa disedekahkan ke yatim, menanam pohon, memelihara binatang, dan keasyikan-keasyikan lainnya yang membuat dunia anak-anak lebih berwarna," bebernya.

Reza berharap petuah Jokowi agar anak-anak "belajar, belajar, belajar" tidak membuat orang tua kian terobsesi memberi tambahan pelajaran untuk anak-anak.

Keletihan akademis niscaya berakibat kontraproduktif bagi anak-anak dan nantinya bagi Indonesia. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringati HAN Harus Jadi Momentum Penguatan Program Kesehatan


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler