jpnn.com - JAKARTA - PSSI menegaskan tidak pernah mendukung aksi kekerasan di dalam sepak bola, termasuk aksi sweeping yang dilakukan suporter beberapa waktu lalu di Jawa Timur. Menurut Direktur Hukum PSSI Aristo Pangaribuan, aksi seperti itu harus diperangi.
"Di dalam diskursus akademis manajemen sepakbola, aksi kekerasan atau hooliganisme adalah excess dari antusiasme dan fanatisme suporter. Excess tersebut harus diperangi, bukan saja oleh PSSI akan tetapi oleh seluruh masyarakat sepakbola, karena tidak pernah dibenarkan tindak kekerasan atas nama apapun," katanya, Minggu (15/5).
BACA JUGA: Ranieri dan Aguero Terbaik di Bulan April
Dia juga menyayangkan, kejadian kekerasa itu masih terjadi. Apalagi sampai memakan korban, seperti yang terjadi pada pertandingan Persija dan Persela Lamongan, Jumat (13/5) SUGBK
"Itu sungguh suatu peristiwa yang sangat disayangkan," ucapnya.
BACA JUGA: Hummels Hargai Kemarahan Fans Dortmund
Fanatisme dan Antusiasme suporter, lanjut dosen di Universitas Indonesia itu, akarnya adalah sense of belonging dan rasa kecintaan yang tinggi terhadap klub.
"Ini adalah modal sosial di dalam sepakbola, ketika ada rasa kecintaan yang begitu besar. Modal ini, dapat dikapitalisasi di dalam industri sepakbola, tentunya dengan mencegah aksi kekerasan dalam bentuk apapun," papar Aristo.
BACA JUGA: Lewat Facebook, Hummels Sampaikan Rasa Sedihnya
Dia pun meminta membayangkan apabila rasa kecintaan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk selalu mendukung klub ke stadion, membeli jersey-jersey dan aksesoris klub, melakukan kritisi yang konstruktif terhadap klub.
"Maka fans dapat memainkan peran yang luar biasa di dalam era sepakbola industri," tandasnya. (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Giroud Cetak Hattrick, Arsenal Akhirnya Kudeta Spurs
Redaktur : Tim Redaksi