Bagi dia, kedatangan Riedl membuat kondisi persepak bolaan Indonesia semakin keruh. "Riedl datang sebagai apa, Pelatih kepala?Ada kontraknya" Kapasitasnya sebagai apa" Kok orang asing ikut-ikutan, memang ada visa nya?" katanya kepada Jawa Pos, kemarin.
Untuk memperkuat laporan itu, pihak PSSI sampai saat ini masih mengumpulkan berkas-berkas yang memperkuat laporan kedatangan Riedl di Indonesia. Bahkan, PSSI akan melaporkan kedatangan Riedl ke pihak imigrasi yang dianggap tak memiliki visa kerja di Indonesia.
Selain itu, Finantha menegaskan jika tanda tangan kontrak yang dilakukan Riedl dengan PSSI kubu Nyalla bisa dianggap sebagai sebuah pelanggaran. Sebab, PSSI yang melakukan perjanjian dengan Riedl adalah PSSI yang dianggap tidak sah.
"Dengan siapa dia dikontrak, jika mengku PSSI, maka itu tidak benar karena sudah selesai kontraknya saat dipecat. Jika dengan yang lain, maka bukti kontraknya tidak jelas," tandasnya.
Target PSSI dengan melaporkan Riedl, menurut Finantha adalah agar ada tindakan dari komite etik FIFA. Sebab, apa yang dilakukan oleh pelatih asal Austria itu menurut Finantha bisa diproses oleh komite etik FIFA sehingga ada sikap dari komite etik FIFA terkait pelanggaran menurut kubunya.
Mengenai tuntutan kepada FIFA agar sanksi lain yang lebih berat, Finantha mengaku belum berpikir ke arah sana. Dia menyerahkan masalah sanksi apapaun itu kepada induk sepak bola dunia tersebut.
"Kami hanya melaporkan. Perihal sanksi, kami serahkan itu ke FIFA," tegas lelaki berkacamata tersebut.
Sementara itu, saat dikonfirmasi tak ada jawaban panjang dari kubu PSSI Nyalla. Dia menegaskan bahwa apun tindakan dari PSSI Djohar tidak akan membuatnya gentar .Apalagi, lanjutnya, PSSI Djohar sudah tidak diakui oleh mayoritas anggota PSSI yang telah melakukan Kongres Luar Biasa (KLB).
"Tidak apa-apa silakan. Memangnya Riedl takut?" tegas lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Kadin Jatim tersebut.(aam/ko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Era Baru Miha
Redaktur : Tim Redaksi