jpnn.com, JAKARTA - Ketua Aliansi Masyarakat Antimafia Tambang (Amanat) Kabupaten Sumbawa Barat Erry Satriyawan mengkritisi rencana Initial Public Offering (IPO) PT Amman Mineral Nusa Tenggara Barat (PT AMNT).
Erry menuturkan kemakmuran rakyat sekitar tambang, hingga kesejahteraan karyawan masih jauh dari harapan.
BACA JUGA: Adian Napitupulu Minta OJK Tunda Dokumen IPO PT AMMAN Mineral
“Sampai kapan kami masyarakat dijadikan korban dan dibodohi,” ungkap Erry dalam diskusi bertajuk Menyoroti Rencana PT Amman Mineral: Perspektif Regulasi dan Akademik’ di Jakarta, Senin (22/5).
Hal itu, kata Erry, dapat dilihat dari nilai penjualan provosional Eksport Konsentrat Tembaga, Emas & Perak PT AMNT sejak 2017 s/d 2022 sebesar USD 7.229.926.923 setara dengan Rp 106,2 triliun dan justru menunjukan lonjakan.
BACA JUGA: PT. MPXL Dipercaya Membangun Megaproyek Smelter Amman Mineral di Sumbawa
Pasalnya, pada tahun 2022 memecahkan rekor selama umur tambang beroperasi yaitu sebesar USD 3.057.971.769 setara dengan Rp 47.8 triliun.
Namun, Erry menegaskan fakta tersebut berbanding terbalik dengan keadaan di daerah Kabupaten penghasil yang masih didominasi dengan kemiskinan.
BACA JUGA: Senator Filep Ajak USAID Bekerja Sama Atasi Kemiskinan Ekstrem dan Stunting di Tanah Papua
Tak tanggung-tanggung angka kemiskinan mencapai 13.54 persen.
Oleh karena itu, Erry menuturkan Amanat menolak tegas dan meminta kepada Direktur Utama Bursa Efek Indonesia dan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan agar melakukan telaah khusus terkait rencana IPO PT Amman.
Dia juga meminta tidak memberikan persetujuan prinsip berupa Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Saham serta tidak mengeluarkan izin kepada perusahaan untuk dapat merilis prospektus singkat di media maupun melakukan penawaran awal (bookbuilding).
“Kehadiran tambang semestinya memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal bukan sebaliknya pemilik hakiki tambang justru diperlakukan seolah pengemis,” tegas Erry.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari