PT PAM Mineral Targetkan Raih Laba Bersih Rp103 miliar

Jumat, 30 Juli 2021 – 21:31 WIB
Bisnis nikel (Ilustrasi). Foto dok PT PAM Mineral

jpnn.com, JAKARTA - PT PAM Mineral Tbk (NICL) membukukan penjualan senilai Rp195,44 miliar dan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp28,45 miliar, berdasarkan laporan keuangan sementara waktu pada Desember 2020.

Kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja perseroan pada 2019, yang saat itu perseroan masih mencatatkan kerugian komprehensif sebesar Rp14,07 miliar pada 2019.

BACA JUGA: Kembali Rujuk dengan Nadya Mustika, Rizki DA Jawab Soal Tudingan Setting-an

Perseroan mencatatkan laba usaha sebesar Rp33,57 miliar hingga Desember 2020 dibandingkan rugi usaha sebesar Rp16,5 miliar pada Desember 2019.

“Kenaikan laba usaha yang cukup signifikan tersebut disebabkan kenaikan pendapatan penjualan dari anak perusahaan, IBM yang cukup signifikan. Perseroan optimis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya” ujar Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka.

BACA JUGA: Benarkah Minum Rendaman Air Selada Bikin Ngantuk?

Dari sisi penjualan, volume penjualan diproyeksikan mencapai 1.800.000 metric ton (MT) pada tahun ini, naik 87,04% dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metric ton.

“Sedangkan pada tahun ini, perseroan menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp103 miliar, meroket sebesar 263,46% dari laba bersih konsolidasi 2020 yang diprediksikan sebesar Rp28,45 miliar," terang Ruddy Tjanaka.

BACA JUGA: Bantu Penanganan Covid-19, PT PP Gelar Donor Plasma Konvalesen di Lingkungan Proyek

PAM Mineral merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral nikel, yang memiliki anak usaha bernama PT Indrabakti Mustika (IBM).

Ruddy optimistis bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan, seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat.

Terlebih, pemerintah sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), yang bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).

Pabrik baterai tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2023.

Untuk rencana jangka pendek, perseroan akan memenuhi target sebanyak 1.800.000 MT bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB).

Untuk jangka menengah dan panjang, perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan cara mengakuisisi ataupun mencari tambang baru.

Dengan begitu, pertumbuhan kinerja perseroan bisa lebih tinggi lagi ke depannya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler