PT Petral Bakal Dibubarkan

Banyak Isu Miring Menerpa, Rusak Citra Pertamina

Rabu, 22 Februari 2012 – 02:08 WIB

JAKARTA – Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengajak dirut Pertamina membubarkan PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), anak perusahaan PT Pertamina yang berdomisili di Singapura. Perusahaan yang bergerak di bidang niaga minyak mentah dan produk kilang itu sebenarnya bukan perusahaan ecek-ecek. Tahun lalu, Petral membukukan laba bersih (unaudited) sebesar USD 47,5 juta. Naik 53 persen dibandingkan laba bersih audited 2010.

Petral berfungsi sebagai market intelligent bagi Pertamina dan berperan penting bagi pencapaian perusahaan dalam membukukan efisiensi impor bahan bakar minyak (BBM) senilai USD 283 juta pada 2011. Tapi semua kisah sukses Petral sama sekali tidak menyilaukan mata Dahlan. ’’Saya sudah melakukan pembicaraan dengan Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengenai keberadaan Petral, anak perusahaan Pertamina yang hot itu. Saya mengajak Dirut Pertamina bubarkan Petral,” kata Dahlan sambil duduk bersila di atas meja ruang wartawan Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (21/2).

Menurut Dahlan, keberadaan Petral sering mengganggu citra Pertamina karena banyaknya isu miring yang menerpa anak usahanya tersebut. Petral dikesankan publik sebagai perusahaan hasil akal-akalan tempat bancakan korupsi. Apalagi perusahaan itu ditempatkan di Singapura, seolah tidak ingin terpantau gerak-geriknya.

Kabar terakhir yang menerpa Petral adalah dugaan perusahaan itu merugikan negara dengan membeli minyak tanpa tender dari Pertamina sebanyak 800 ribu per barel setiap hari. Diduga total minyak yang dibeli Petral mencapai USD 18 billion per tahun. Banyak pihak bersuara meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar dugaan praktik kongkalingkong ini.

Dahlan beranggapan, Pertamina akan terus terganggu citra good corporate governance-nya oleh isu-isu di sekitar Petral. Itulah yang mendorong Dahlan membicarakan pembubaran Petral. ”Ternyata dirut Pertamina setuju Petral dibubarkan,” kata Dahlan sambil memukul-mukulkan tumpukan kartu remi yang kebetulan tergeletak di meja tempat dia duduk.
Dari awal hingga akhir konferensi pers dadakan ini, Dahlan terus duduk di atas meja. Posisi duduknya dari bersila, menumpangkan kaki kirinya di atas kaki kanan, kemudian kedua kakinya dijulurkan ke bawah. Sepatu kets setia menempel di kakinya.

Disebut konferensi pers dadakan karena sang menteri datang sendiri secara tiba-tiba ke ruang pers, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. ’’Aku kan nggak sengaja ke sini. Tiba-tiba saja kangen,” katanya disambut gelak tawa wartawan. Konferensi pers berlangsung santai dan penuh tawa.

Dahlan melanjutkan, Dirut Pertamina Karen Agustiawan sama sekali tidak kebaratan PT Petral dibubarkan. Hanya Karen memberikan syarat, kalau Petral dibubarkan, nanti tugas-tugas Petral tidak dikembalikan ke Pertamina seperti zaman dulu. Karena itu akan tambah merusak citra Pertamina.

Sebelum ada Petral, tugas membeli minyak mentah untuk diolah di kilang Pertamina maupun tugas membeli BBM di luar negeri, ditangani oleh dua direktur Pertamina. ’’Sekarang direksi Pertamina sedang mati-matian membangun kultur bisnis yang bersih. Kalau tugas Petral dikembalikan ke Pertamina, nanti lebih sulit lagi mengontrolnya dan lebih merusak lagi citra Pertamina,’’ jelas Dahlan.

Kemudian, lanjut Dahlan, muncul ide dari dirut Pertamina untuk membiarkan Petral tetap ada, tetapi dipindahkan domisilinya ke dalam negeri dan tidak lagi menjadi anak perusahaan Pertamina. Atau dibubarkan dan tugas-tugasnya dipindahkan ke perusahaan lain.

”Saya lagi berpikir bagaimana seandainya tugas-tugas Petral ini ditangani oleh PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Ini kan masalah trading. Tapi ini baru gagasan ya. Saya belum ngomong ini ke PT PPI,” ujar mantan dirut PLN ini. Dia memastikan direksi Pertamina tidak keberatan. Mereka malah senang tidak lagi memiliki Petral yang sering diterpa isu miring. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tol Sumatera Harus Cepat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler