PT Pos Indonesia Tetap Gunakan Tarif Lama

Minggu, 30 Juni 2013 – 04:37 WIB
KENAIKAN harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi berdampak terhadap naiknya sejumlah kebutuhan hidup masyarakat sebagai efek dominonya. Alasan utama atas kenaikan barang kebutuhan hidup masyarakat tersebut lantaran biaya transportasi yang juga merangkak naik. Hal ini berdampak variatif untuk industri pengiriman barang logistik dan kargo.

Namun Pejabat sementara (Pjs) Kepala KPRK Pos Indonesia Tarakan, Taviv Triyanto, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menaikkan ongkos pengiriman barang. Sehingga untuk tarif atau ongkos pengiriman barang lewat PT Pos Indonesia masih menggunakan tarif lama.

“Untuk ongkos atau biaya pengiriman barang baik itu paket maupun dokumen saat ini masih tetap, tidak ada kenaikan,” ungkap Taviv.

Hal tersebut dikarenakan PT Pos Indonesia adalah sebagai perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk menaikkan tarif ongkos pengiriman barang, Taviv mengatakan hal itu tidak bisa serta merta dinaikkan.PT Pos Indonesia sebagai sebuah BUMN perlu memperhatikan sejumlah hal yang krusial.

“Kenaikan BBM bagi kita selaku masyarakat maupun instansi pemerintah seperti buah Simalakama. Kalau bagi PT Pos Indonesia, barangkali 30 persen dari biaya itu ada di biaya BBM. Karena banyak kegiatan kami dalam hal pengiriman itu yang harus secara fisik, misalnya surat dan paket sehingga biaya transportasi pesawat, speedboat, sewa truk dan sebagainya, tinggi. Dengan kenaikan BBM, biaya lainnya juga akan membengkak. Tapi pos sebagai BUMN tidak bisa serta merta menaikkan seenaknya, kami beda dengan yang lainnya. Kalau kami harus rapat dulu dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) RI,” terangnya.

Berbeda dengan perusahaan industri pengiriman barang swasta seperti JNE. Kepada Radar Tarakan, Supervisor Junior JNE Tarakan, Rudi Haryono mengatakan bahwa biaya ongkos pengiriman barang yang diterapkan perusahaannya mengalami kenaikan. Namun, kenaikan biaya barang tersebut tidak begitu besar. “Kenaikan biaya ongkos pengiriman kami hanya naik Ro 1.000 saja. Kenaikan itu untuk seluruh daerah tujuan pengiriman se Indonesia,” kata Rudi.

Lebih lanjut Rudi mengatakan bahwa kenaikan tersebut bukan sepenuhnya dikarenakan naiknya harga BBM. Naiknya biaya pengiriman yang mana contohnya untuk paket reguler dari Tarakan ke Jakarta adalah dari Rp 32.000 menjadi Rp 33.000 tersebut adalah bersifat tahunan.

Ketika ditanya tentang dampak kenaikan BBM yang berimbas pada sektor distribusi dan transportasi pengiriman barang, Rudi mengaku bahwa untuk Kota Tarakan, tidak terlalu memberikan efek yang cukup tinggi. Meski hanya naik Rp 1.000, Rudi mengklaim jumlah konsumen JNE tidak mengalami perubahan. “Mungkin untuk masyarakat Tarakan, naik Rp 1.00 itu tidak terlalu besar. Akan tetapi kita tetap harus ada penyesuaian dengan pusat dan daerah lainnya. Yang jelas, sampai saat ini, tidak ada keluhan dari konsumen kami,” ulasnya.

Dijelaskannya juga bahwa pelayanan dan jasa yang diberikan pihak pun tidak mengalami perubahan atau menurun. “Justru kualitas pelayanan kita akan tingkatkan. Dengan adanya kenaikan BBM ini maka gaji karyawan akan kita naikkan, dan untuk kurir pengantar, setiap harinya kita akan menyediakan biaya operasional trasportasi untuk 2 liter bensin premium. Jadi kita menyediakan Rp 13 ribu untuk setiap kurir per hari,” jelas Rudi.

Tak terlepas dari itu, jelang bulan Ramadan tahun ini, Rudi memperkirakan intensitas pengiriman barang baik itu keluar maupun masuk akan meningkat. Peningkatannya mencapai 50 hingga 90 persen. Peningkatan pengiriman barang itu didominasi paket barang makanan dan baju.

Diprediksi juga, jumlah barang masuk ke Tarakan lebih banyak daripada barang keluar, dikarenakan permintaan yang tinggi dari konsumen di Tarakan untuk mendatangkan barang dari luar. “Ketika memasuki bulan puasa, makanan dan baju adalah hal-hal yang dibutuhkan untuk persiapan lebaran. Dan untuk daerah yang paling sering barangnya masuk, yaitu dari Jakarta dan Pulau Sumatera,” katanya.

Pada hari biasa, pengiriman keluar untuk satu hari adalah sekitar 150 hingga 250 kilogram, dan untuk barang masuk adalah 300 hingga 500 kilogram. Akan tetapi angka tersebut mengalami peningkatan drastis ketika memasuki satu minggu bulan puasa hingga menjelang lebaran. “Kenaikannya bisa mencapai 90 persen atau dua kali lipat. Untuk barang keluar bisa mencapai 500 kilogram per hari, dan untuk barang masuk bisa mencapai 1 ton. Dan ini diperkirakan tetap akan terjadi tahun ini, meski BBM telah naik,” tukasnya.(*/izo/ndy)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dirut Semen Indonesia Sambut Baik Saran Dahlan Iskan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler