PTPN Alami Krisis Pengadaan Bibit Sapi

Kamis, 22 November 2012 – 04:53 WIB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan belum bisa memberikan solusi untuk menghentikan krisis sapi saat ini. Ini karena PT Perkebunan Nusantara (PTPN) saat ini juga tengah mengalami krisis pengadaan bibit sapi.

"Terus terang program (100.000 Sapi dari program intergrasi Kebun Sawit-Sapi) kesulitan pasokan bibit," kata Dahlan kepada wartawan saat jalan kaki menuju kantornya usai mengikuti pertemuan di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (21/11).

Dahlan mengakui, dari program tersebut tahun ini hanya bisa mencapai 20.000 sapi potong, namun untuk tahun depan akan ditarget akan ada 100.000 sapi potong. "Seratus ribu sapi potong itu tahun depan, tapi tahun ini hanya 20.000 sapi potong," ucap Dahlan.

Melihat sulitnya mendapatkan bibit ini, Dahlan menginstruksikan kepada BUMN khususnya PTPN untuk memperhatikan pengadaan bibit. "Maksudnya akan ada peternakan yang khusus untuk pembibitan. Namun jujur kitajuga tidak menyangka bahwa bibit begitu sulit," tandasnya.

Karena itulah Dahlan meminta BUMN peternakan PT Berdikari (Persero), misalnya, agar tidak lagi berbisnis di luar bisnis inti (core) lainnya seperti bisnis mabel dan asuransi. Hal ini terkait krisis harga daging saat ini yang memerlukan BUMN yang andal di sektor peternakan. "Intinya saya minta Berdikari tidak boleh lagi berbisnis mebel dan bisnis asuransi," sebut Dahlan.

Ia mengatakan, mulai saat ini Berdikari harus fokus mengurusi perternakan agar lebih berkembang, terutama masalah bibit sapi dan ketersediaan sapi potong. "Harus fokus dan berkembang, untuk mengurusi peternakan, tidak boleh bisnis yang lain," paparnya.

Krisis daging sapi saat ini tidak bisa diantisipasi dengan pasokan sapi dari PTPN sebab, bagi PTPN,  bisnis sapi merupakan bisnis baru. "Karena bisnis sapi oleh PTPN ini bisnis baru, tahun pertama banyak mengalami kesulitan, baik kesulitan orang maupun kesulitan bibit. Jadi, tahun depan masalah seperti ini jangan sampai terulang," tandasnya.

PT Berdikari adalah perusahaan BUMN milik negara terkemuka dalam bisnis peternakan. PT Berdikari ini didirikan pada 1966 dengan nama PT PP Berdikari. Pada tahu 2000, Perseroan berubah menjadi PT Berdikari (Persero).

Perusahaan ini berbasis di Jakarta dan mengoperasikan 2 divisi atau unit bisnis sub (SBU), yaitu SBU Logistik dan Perdagangan SBU. Perusahaan mengoperasikan 5 anak perusahaan, yaitu PT Berdikari Insurance, PT Berdikari Serikat Ternak, PT Berdikari Meubel Nusantara, PT Asahan Alumunium Aloy, dan PT Adhi Sampico abbatoir.

Sementara itu, Indonesia setidaknya membutuhkan 480 juta kg daging sapi per tahun. Angka ini masih rendah dibandingkan negara-negara lain jika dihitung per kapita. Yang menarik, pemerintah tetap mengklaim pasokan sapi dalam negeri masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan tambahan dari impor. "Sekitar 1,7-1,8 kg per kapita per tahun. Jadi kalau kita kalikan dengan 240 juta (penduduk) kira-kira 480 juta kg," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, kemarin.

Bayu  mengemukakan, dalam kondisi yang kekurangan dan negara tidak bisa menyediakan daging tambahan lagi, opsi impor adalah salah satu langkah yang tepat. "Jika kita masih kurang kira-kira dari total itu mungkin kalau dilihat dari pengalaman yag lalu impor sekitar 10-15 persen (dari kebutuhan)," paparnya.

Saat ini dengan perhitungan yang baru melalui sensus sapi beberapa waktu lalu, seharusnya pasokan sapi dari dalam negeri sudah cukup. Perkiraan pemerintah pada tahun 2014 Indonesia mendapatkan swasembada daging 14,8 juta ton.  Oleh karena itu secara gradual impor akan dikurangi dari kondisi prosentase impor yang mencapai 30-40 persen, hanya menjadi 17 persen.  "Jadi yang menjadi kunci adalah kalau dilihat dari jumlah sapi cukup mungkin. Tetapi yang harus kita dalami adalah bagaimana sapi tadi jadi daging," cetusnya. (dri/lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Daging Sapi Langka Ulah Mafia

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler