jpnn.com, MEDAN - PTPN Group melalui Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) melakukan sejumlah inovasi, khususnya penelitian dan pengembangan (Litbang) terkait Bahan Bakar Biodiesel 50% (B50) dan minyak makan merah.
Pemerintah berharap, PPKS mampu menjadi lokomotif pengembangan inovasi dan riset sawit nasional.
BACA JUGA: Nathalie Holscher Gugat Cerai Sule, Netizen Serbu Akun Instagram Putri Delina
Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo, bahkan meninjau langsung kegiatan riset dan inovasi di kantor PPKS.
“PPKS menjadi tulang punggung riset dan inovasi kelapa sawit nasional. Demi meraih cita-cita tersebut, Holding Perkebunan Nusantara siap membantu dan mendukung PPKS," ujar Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani.
BACA JUGA: Yenny Wahid Nilai Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia Membanggakan
Inovasi ini telah berlangsung semenjak 2019 lalu.
Mobil dengan bahan bakar B50 berhasil menjalani uji coba (road test) dengan rute Medan – Jakarta, pulang pergi, pada 25 hingga 31 Januari 2019 lalu.
BACA JUGA: 5 Tahun Menikah, Angga Wijaya Ogah Memiliki Dewi Perssik Untuk Seutuhnya
Uji coba tersebut, sukses dan menambah kepercayaan diri para peneliti dan inovator PPKS untuk mematangkan riset dan aplikasi B50 secara luas di masyarakat.
PPKS turut mengembangkan teknologi sederhana produksi Minyak Makan Merah, dengan kandungan senyawa fitonutrien berkadar tinggi.
Hasil inovasi Minyak Makan Merah yang diketuai oleh Dr. Frida R. Panjaitan ini memiliki kandungan fitonutrien antara lain karoten (sebagai pro-vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (sebagai vitamin E), dan squalene.
“Minyak Makan Merah berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional, salah satunya sebagai bahan pangan untuk anti stunting," kata Kepala PPKS, M. Edwin S. Lubis.
Edwin menjelaskan, selain sebagai sumber lemak (zat gizi dasar), Minyak Makan Merah, mengandung senyawa fitonutrien yang memiliki sifat sebagai antioksidan dan bioaktivitas lainnya.
Kandungan asam oleat dan asam linoleat dalam Minyak Makan Merah, berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan otak, transportasi dan metabolisme pada anak.
Minyak Makan Merah juga sesuai digunakan untuk menumis bahan pangan, salad dressing, serta bahan baku margarin dan shortening.
Teknologi produksi Minyak Makan Merah ini dapat dikembangkan pada skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
UMKM berpotensi meningkatkan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan pekebun, melalui proses pengembangan usaha berbasis produk turunan kelapa sawit berbasis pemberdayaan koperasi.
Produk inovasi ini dapat menjadi solusi untuk pemenuhan zat gizi bagi masyarakat Indonesia.
Edukasi dan sosialisasi tentang manfaat dari Minyak Makan Merah perlu dilakukan agar Minyak Makan Merah dan produk diversifikasinya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
“Ke depannya kami berharap pabrik pengolahan Minyak Makan Merah dapat diintegrasikan dengan Pabrik Kelapa Sawit yang ada di wilayah kerja PTPN, sehingga kebutuhan minyak makan yang bergizi dan murah bagi karyawan dan masyarakat sekitar dapat dipenuhi," seru Ghani.
Saat ini, PPKS tengah mengembangkan pupuk hayati Bioneensis® yang bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, kesehatan dan kesuburan tanah.
Pupuk hayati ini menjadi primadona di perkebunan kelapa sawit di tengah tingginya harga pupuk.(chi/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masih Banyak Masjid dan Lembaga yang Jual Daging Kurban, Dengar nih, Penjelasan Kiai Maruf
Redaktur & Reporter : Yessy Artada