jpnn.com - KARACHI – Hingga Selasa (23/6), sebanyak 450 warga meninggal karena hawa panas yang melumpuhkan Kota Karachi, Provinsi Sindh, Pakistan. Lantaran temperatur masih bertahan pada angka 45 derajat Celsius, pemerintah memberlakukan status darurat di seantero negeri.
Perdana Menteri (PM) Nawaz Sharif memerintah Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) untuk bersiaga terkait dengan status darurat Pakistan yang mulai berlaku kemarin.
BACA JUGA: Astaga..., Wanita Ini Lompat ke Danau Lantaran Suami Menolak Beli Tas Untuknya
’’Kami sudah menerima perintah dari PM untuk segera beraksi guna meminimalkan jumlah korban jiwa karena hawa panas yang melanda sejak akhir pekan lalu,’’ terang jubir NDMA.
Kepada NDMA, Sharif memberikan wewenang penuh untuk mengambil tindakan-tindakan yang dirasa perlu demi mengatasi hawa panas. Karena itu, pemerintah juga menyiagakan militer di beberapa area yang terkena dampak paling parah seperti di kawasan selatan Sindh. Di sana militer mendirikan pos-pos darurat untuk membantu aksi NDMA.
BACA JUGA: SilkAir Mendarat Darurat di Haikou karena Topan Kujira
Sebelumnya, pemerintah memberlakukan status darurat di seluruh rumah sakit di Karachi. Pemerintah setempat melarang dokter dan staf medis mengambil cuti.
’’Jumlah korban tewas karena hawa panas selama tiga hari terakhir lebih dari 450 jiwa. Ratusan yang lain masih menjalani perawatan. Sebagian besar adalah warga lanjut usia,’’ jelas Sabir Memon, pejabat senior Dinas Kesehatan Sindh.
BACA JUGA: Suster Nirmala, Pengganti Ibu Teresa, Meninggal pada Usia 81
Menurut Seemi Jamali, dokter di Rumah Sakit Jinnah, rumah sakit terbesar Karachi itu merawat sedikitnya 3.000 pasien yang tidak kuat menahan hawa panas. ’’Sekitar 200 di antaranya sudah tidak bernyawa saat dibawa ke rumah sakit atau meninggal ketika menjalani perawatan,’’ katanya. Sekitar 250 korban lain meninggal di beberapa rumah sakit lain. Salah satunya, Civic Hospital.
Sejak Senin (22/6), listrik ke beberapa wilayah Karachi padam. Hingga kemarin, listrik belum kunjung menyala. Warga yang harus bertahan dalam suhu ekstrem pun mulai kehilangan kesabaran.
Apalagi, saat ini umat muslim Pakistan sedang menjalankan ibadah puasa. Mereka terpaksa berpuasa di tengah terpaan suhu ekstrem lantaran tidak ada penyejuk udara atau kipas angin yang bisa mengusir panas.
’’Hawa panas di tengah musim kemarau sebenarnya bukan masalah baru bagi warga Pakistan. Tapi, padamnya listrik membuat segalanya terasa jauh lebih buruk,’’ ungkap Shahzeb Jillani, penduduk Karachi.
Kemarin kerumunan warga di beberapa sudut kota menumpahkan amarah mereka kepada pemerintah dan K-Electric, perusahaan listrik utama Karachi.
Warga menyebut pemadaman listrik sebagai salah satu faktor yang memicu kematian. Sharif yang sudah mengultimatum perusahaan listrik agar menihilkan pemadaman selama puasa akhirnya angkat bicara. Dia meminta masyarakat bersabar dan memaklumi pemadaman.
’’Sejak awal Ramadan, penggunaan listrik meningkat tajam. Pemadaman terpaksa dilakukan untuk mendinginkan alat,’’ paparnya. (AP/AFP/BBC/hep/c14/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garap Gadis 12 Tahun, Guru SD Ini Tidak Ditahan Lantaran Ngasih Uang Jaminan
Redaktur : Tim Redaksi