"Ketika itu masih terdapat 84,1 persen masyarakat Indonesia menyatakan aman tinggal di lingkungan tempat tinggal mereka. Hanya dalam tempo sembilan bulan, rasa aman itu turun drastis menjadi 27,9 persen," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Hanggoro dalam paparan hasil survei bertema "Publik Makin Merasa Tak Aman" di Jakarta, Minggu (16/9).
Survei tersebut dilakukan pada Januari 2012, Juni 2012, quick poll LSI September, Focus Group Discussion dan Analisa Media. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah responden awal 1200. Kemudian wawancara tatap muka responden menggunakan kuisioner dan sistem teknologi hand set. Sementara margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Hanggoro menjelaskan, turunnya rasa aman ini seiring dengan semakin meningkatnya masalah-masalah sosial dalam masyarakat. "Menurut publik, masalah sosial paling meresahkan adalah terorisme," tegasnya.
Ia menjelaskan, 50,87 persen responden sangat meresahkan kasus terorisme. Selain terorisme, lanjut dia, masalah sosial lain yang meresahkan yaitu konflik keyakinan agama (18,82 persen), aksi premanisme (10,45 persen), kriminalisme (9,76 persen) dan kenakalan remaja (6,27 persen).
Menurutnya, terorisme dan konflik keyakinan agama menjadi penyebab paling dominan atas menurunnya rasa aman masyarakat Indonesia. "Sebuah hal yang wajar bahwa terorisme dan konflik keyakinan agama menjadi masalah sosial yang paling mengerikan jika dibandingkan dengan masalah sosial lainnya," ujarnya.
Ia menambahkan, memori publik selalu terbawa pada Bom Bali I dan II, Bom Kuningan, Bom JW Marriot ketika membincangkan terorisme. "Serta bagaimana suatu kelompok masyarakat yang harus terusir dari tanahnya karena perbedaan keyakinan agama," pungkas Hanggoro. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Jangan Hanya Diam
Redaktur : Tim Redaksi