JAKARTA - Menyusul berbagai fakta inefisiensi pilkada, baik itu berupa tenaga, biaya, maupun waktu, pemerintah boleh jadi sudah mewacanakan beberapa opsi dimana pemilihan kepala daerah tingkat I tidak lagi dilakukan secara langsungDi antara opsinya, pemilihan gubernur kembali oleh DPRD, atau pemilihan gubernur langsung oleh presiden melalui rekomendasi DPRD
BACA JUGA: Pimpinan Dewan Ambil Alih Konflik BK
Namun, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) sepertinya berbicara lain
“Hasil survei publik yang menginginkan agar gubernur tetap dipilih langsung ada 66,2 persen
BACA JUGA: Demokrat Akui Sinyal Reshuffle Makin Kuat
Hanya 13 persen yang setuju gubernur dipilih oleh DPRDBACA JUGA: Anak Buah Megawati Desak Mafia TKI Dihabisi
Citra Publik Indonesia adalah konsultan pencitraan yang merupakan sayap perusahaan yang didirikan oleh Lingkaran Survei Indonesia.Hendrasmo menjelaskan, survei mengenai evaluasi pilkada versi publik ini dilakukan sejak awal oktober lalu dengan metode multistage random samplingMenggunakan sedikitnya 1.000 responden yang dianggap mewakili populasi penduduk Indonesia, akurasi survei memiliki margin of error lebih kurang 4 persen.
Dari prosentase data ini, menurut Hendrasmo, setidaknya dapat diambil kesimpulan bahwa saat ini keinginan publik agar pemilihan langsung untuk memilih kepala daerah tetap dipertahankan, masih cukup tinggiDalam kaitan ini ada beberapa argumentasi dipaparkan mengenai mengapa kepala daerah, termasuk gubernur, tetap harus dipilih secara langsung
Di antaranya, sebagaimana data random menyebutkan, dengan pemilihan langsung, dukungan terhadap seorang kepala daerah lebih tersebar secara merata ke semua segmen masyarakatBaik kelas masyarakat yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi maupun sebaliknya, sama-sama memiliki hak yang sama untuk memilih.
“Publik rata-rata sebenarnya juga memahami bahwa pemilihan langsung memang mahal dan tidak praktisNamun meski mahal publik masih tetap berkeyakinan bahwa pilkada langsung adalah cara terbaik dalam memilih kepala daerah,” terangnya.
Sebagai informasi, saat responden disodorkan pernyataan bahwa gubernur sebaiknya dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh presiden, dengan alasan gubernur adalah wakil pemerintah pusat yang ada di daerah, 49,4 persen mereka langsung menyatakan tidak setujuHanya 30,9 persen saja yang mengaku sependapat dengan thesis ini.
Pada bagian lain Hendrasmo mengingatkan, yang tetap menarik dari hasil survei ini adalah bahwa tidak ada korelasi langsung antara pilkada langsung dengan kecenderungan korupsi yang dilakukan para pemimpin daerahPadahal fakta juga membuktikan, dari 400 lebih bupati dan walikota hasil pilkada langsung selama lima tahun terakhir, 133 di antaranya sudah dinyatakan tersangka berbagai jenis kasus korupsiDan dari 33 gubernur hasil pilkada langsung, sekitar 12 di antaranya juga tersangkut korupsi.
“Satu sisi masyarakat tidak percaya bahwa kandidat terpilih akan memenuhi janjinyaTapi sisi lain ya pemilihan langsung lah yang dianggap terbaik untuk memilih para pemimpin mereka,” tutupnya(did)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mobil Dinas Ketua DPR Dilempari Telur
Redaktur : Tim Redaksi