jpnn.com - JAKARTA – Pertemuan presiden terpilih Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, Selasa (14/10), dinilai memiliki efek positif meredakan ketegangan antara elit politik dari dua koalisi yang ada di parlemen saat ini. Yaitu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP).
Menurut Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin, langkah Jokwi menemui Ical dan direncakan juag menemui Prabowo Subianto itu, menunjukan Jokowi saat ini berperan sebagai KIH. Sementara, Ical pemimpin KMP.
BACA JUGA: Jelang Lengser dari Mendagri, Gamawan Sakit di Luar Negeri
“Saya kira dia (Jokowi,red) tidak bisa lagi diposisikan bawahan Megawati, apalagi dianggap petugas partai. Derajat politik Jokowi sebagai presiden terpilih lebih tinggi dari Megawati dan para ketua umum parpol pendukungnya. Bahkan setelah 20 Oktober nanti Jokowi adalah simbol negara,” katanya di Jakarta, Rabu (15/10).
Sebagai presiden, kata dia, Jokowi memegang kekuasaan pemerintahan, memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara, menyatakan perang, dan menjadi pengatur kehidupan rakyat. Posisi dan kekuasaan inilah yang membuat Jokowi pantas menjadi pimpinan KIH.
BACA JUGA: KIH Dekati Pimpinan DPR demi Jatah Posisi di Komisi
Sementara ARB, merupakan ketua umum parpol yang memiliki kursi terbesar di parlemen. Seluruh anggota Fraksi Partai Golkar di DPR, termasuk Ketua DPR, berada di bawah kendali Ical. Koordinator Koalisi Merah Putih pun dapat disebut bawahan ARB. Sehingga posisi politik ARB pascapilpres 2014, harus dipandang lebih kuat dari Prabowo Subianto sekalipun.
“Jadi sangat berdasar mengatakan ARB sebagai pemimpin KMP. Makanya pertemuan Jokowi-ARB itu sebetulnya pertemuan dua pemimpin koalisi. Kalau para pemimpin koalisi sudah menunjukan persahabatan, seharusnya tidak ada alasan para elit politik memelihara perseteruan. Apalagi sebelumnya juga sudah ada pertemuan antara Jokowi dengan Ketua DPR dan MPR yang berasal dari KMP,” katanya.
BACA JUGA: Ini Reaksi Azwar Terkait Ancaman Honorer Mogok Nasional
Sayangnya, lanjut Said, terlanjur menganggap representasi KIH dan KMP adalah Jokowi dan Prabowo. Karena itu pertemuan Jokowi-ARB kemarin belum dilihat oleh masyarakat sebagai wujud dari mencairnya hubungan antara KIH dan KMP. Publik baru merasa yakin ada kerukunan politik di antara dua koalisi besar apabila sudah ada pertemuan antara Jokowi dan Prabowo.
“Makanya momentum pertemuan Jokowi-Prabowo inilah yang sesungguhnya lebih dinantikan oleh publik. Kalau keduanya sudah bertemu dalam suasana yang akrab dan bersahabat, saya kira efeknya akan lebih besar lagi,” katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Alasan Polri tak Keluarkan Izin Muktamar PPP
Redaktur : Tim Redaksi